Infokaltim.id, Samarinda- Sebagaimana maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PWM) No.1/MLM/1.0/E/2023 tentang penetapan hasil hisab, Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah 1444 H, maka Pimpinan Cabang Muhamamdiyah Samarinda Utara menggelar sholat Idul Fitri pada Jum’at 21 April 2023 di kompleks parkir Gor Kadrie Oening Samarinda.
Semenjak pukul 5.45 WITA nampak antusiasme jamaah menghadiri dan memadati lokasi. Diperkirakan lebih dari lima ribu jamaah berbaris rapi dan khusyu menempati lokasi yang disiapkan panitia. Nampak istri Walikota Samarinda, Hajjah Rinda Andi Harun bergabung ditengah jamaah. Pelaksanaan sholat Idul Fitri berlangsung dengan lancar meski terlihat lokasi acara tidak mampu menampung jamaah yang terpaksa membuat shaf-shaf diluar yang disiapkan panitia.
Bertindak selaku Imam, Rusfauzi Hamdi Ketua Lembaga Zakat Infak dan Sedekah Muhammadiyah (Lazismu) dan khatib, Amir Hady Wakil Ketua Muhammadiyah Kalimantan Timur.
Dalam sambutan pengantar Sholat Idul Fitri, Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Samarinda Utara Taufik Rahman memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada Kepala UPTD Pengelola Komplek Stadion Gelora Kadrie Oening di bawah Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Kalimantan Timur yang telah memfasilitasi penyelenggaraan sholat Idul Fitri selama ini.
Demikian pula ucapan terima kasih disampaikan kepada Poltabes Samarinda dan Dinas Perhubungan yang telah menjadikan kegiatan berjalan lancar.
Selanjutnya ketua PCM Samarinda Utara menyampaikan pesan untuk tidak ber-euforia berlebihan khusus hari ini untuk menghormati sesama muslim yang baru akan merayakan Idul Fitri pada Sabtu 22 April 2023.
Sementara itu dalam khutbahnya, Amir Hady menyampaikan tema Puasa Melahirkan Spiritualitas Utama. puasa merupakan proses pembentukan ketakwaan yang secara ideal melahirkan spiritualitas utama dan luhur. Puasa tidak boleh hanya menjadi ibadah rutinas tahunan, tetapi mesti ada signifikansi peningkatan kualitas diri pada setiap umat Islam.
Empat poin diuangkapkan Amir Hady dalam pesan Idul Fitri, pertama puasa adalah momentum untuk semakin dekat dengan Allah. Orang yang dekat dengan Allah, ia tidak akan menyimpang, tidak akan korupsi, ia tidak akan menyeleweng dan melakukan hal-hal buruk lainnya, hatta ia memiliki peluang (berbuat buruk). Dengan puasa akan terjadi gerakan spiritualitas tertinggi, di mana setiap muslim akan terjaga hidupnya.
Kedua, puasa merupakan momentum untuk membiasakan akhlak mulia, akhlakul karimah. Orang yang berpuasa secara sungguh-sungguh, seluruh jiwanya akan tunduk dengan penuh kepasrahan kepada Allah. Mereka akan senantiasa menyebarkan pesan-pesan kebaikan disertai dengan perilaku yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moral.
“Puasa dijadikan sarana untuk menundukkan diri agar kita tidak menjadi orang-orang yang berlebihan, karena puasa mengajarkan kita untuk tidak berlebih-lebihan. Puasa mendidik kita untuk hidup sederhana, tidak hedon, puasa tidak mengajarkan kita untuk hidup pamer kemewahan, apalagi di tengah-tengah masyarakat. Sikap hidup mewah bertentangan dengan kebiasaan dan kebaikan puasa maupun ajaran agama secara keseluruhan,” terangnya.
Ketiga, puasa juga menjadi momentum menjaga persatuan dan persaudaraan. Orang yang berpuasa akan pandai mengendalikan diri terutama dari emosi amarah dan kebencian. Segala bentuk pertengkaran dan permusuhan akan dijauhi. Sekalipun terdapat perbedaan paham yang begitu hebat, orang yang berpuasa akan senantiasa cinta damai dan cinta persaudaraan. Di dalam diri dan jiwa orang yang berpuasa, tidak ada tempat yang tersisa bagi para pemuja amarah dan pemantik konflik serta kebencian.
Keempat, puasa momentum untuk hidup penuh toleran. Perbedaan penentuan tanggal untuk hari-hari besar umat Islam, misalnya, tidak perlu menjadi bahan olok-olokan, apalagi sampai tarap merendahkan pihak lain. “Puasa seharusnya menjadikan diri kita insan yang tasamuh, toleran, membawa pada ukhuwah. Dengan toleran, kita hidup saling menghormati. Maka, para ilmuwan, ulama, mubaligh, dan semuanya, ketika menemui perbedaan, kita harusnya semakin dewasa dan tasamuh,”
[Uzn|Ard]