Infokaltim.id, Samarinda – Fenomena penurunan debit air sungai yang cukup drastis saat tidak turun hujan selama 2-3 hari di bagian hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) menjadi perhatian serius berbagai pihak, termasuk anggota DPRD Kota Samarinda.
Berdasarkan informasi yang diterima dewan dalam sebuah forum, fenomena ini dikhawatirkan bisa menjadi indikasi potensi terjadinya kekeringan air jangka panjang jika tidak segera ditanggulangi.
“Idealnya kiri kanan sungai di bagian hulu yang masih alami seperti rawa atau hutan bisa menjadi tempat penyimpanan air, sehingga saat tidak hujan 2-3 hari air dari tanah bisa mengalir ke badan sungai dan mencegah kekeringan,” jelas Anggota Komisi III DPRD Samarinda, Abdul Rohim kepada awak media.
Sayangnya, lanjut politisi PKS ini, saat ini banyak lahan di kiri kanan hulu sungai yang mulai dibangun, dikavling dan diuruk. Akibatnya fungsi alami lahan sebagai penyimpan air tidak bisa berperan maksimal.
“Nah ini yang kita khawatirkan. Kalau hujan deras, air tidak terserap maksimal sehingga berpotensi banjir. Sebaliknya saat kering bisa menyebabkan berkurangnya pasokan air,” ungkap Abdul Rohim.
Untuk itu, DPRD Samarinda meminta Pemkot Samarinda, khususnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan dinas terkait untuk mempelajari kembali rencana normalisasi dan penataan sepanjang bantaran sungai.
Abdul Rohim berharap tidak semua lahan ditutupi dengan beton, tapi ada bagian yang dikembalikan ekosistem alaminya.
“Kita berharap bisa dipelajari lagi, apakah semuanya harus ditutup beton atau ada bagian yang dibiarkan alami ekosistemnya untuk bisa berfungsi maksimal sebagai penyimpan air,” pungkasnya.
Sebelumnya, persoalan penurunan debit air di bagian hulu DAS juga sempat disinggung oleh pengamat ekonomi almarhum Faisal Basri.
Ia mengibaratkan kondisi ini seperti ‘surga yang dikelilingi neraka’ karena di satu sisi Kota Samarinda punya potensi besar tapi di sisi lain banyak lubang tambang yang mengangga.
[Arya|Anl|Ads]