Sabtu, Mei 10, 2025
BerandaFokusAlasan Mengapa Kualitas Pendidikan di Indonesia Masih Rendah

Alasan Mengapa Kualitas Pendidikan di Indonesia Masih Rendah

Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pembangunan suatu bangsa, termasuk Indonesia. Sejak kemerdekaannya pada tahun 1945, Indonesia telah berupaya memperbaiki dan memperkuat sistem pendidikan agar dapat mencetak generasi muda yang cerdas, berkarakter, dan mampu bersaing di era globalisasi. Meski begitu, perjalanan pendidikan di Indonesia tidak lepas dari tantangan yang cukup kompleks.

Sistem pendidikan di Indonesia saat ini diatur berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pendidikan dasar terdiri dari jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), yang merupakan pendidikan wajib selama 9 tahun. Sementara itu, jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Pendidikan Tinggi menandai tingkatan pendidikan lanjutan.

Di Indonesia, meskipun sudah ada berbagai kebijakan dan program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, tantangan-tantangan besar masih tetap ada.

Salah satu isu mendasar adalah rendahnya kualitas pendidikan yang tercermin dari rendahnya skor Indonesia dalam berbagai peringkat internasional, seperti Programme for International Student Assessment (PISA).

Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia meliputi kurangnya akses pendidikan di daerah terpencil, rendahnya kualitas infrastruktur dan fasilitas pendidikan, serta minimnya pelatihan dan kesejahteraan guru. Ditambah lagi, tingkat kesenjangan digital antara daerah perkotaan dan pedesaan menghambat akses siswa di daerah terpencil untuk mendapatkan pendidikan yang memadai.

Selain itu, ketimpangan ekonomi juga berperan besar dalam mempengaruhi tingkat partisipasi pendidikan. Anak-anak dari keluarga kurang mampu sering kali sulit untuk melanjutkan pendidikan karena harus membantu orang tua bekerja atau karena kurangnya dukungan finansial.

  1. Kesenjangan Pendidikan

Meski beribu usaha pemerintah di Indonesia untuk pemerataan pendidikan, banyaknya sekolah yang jauh dari kata layak menjadi bukti bahwa pemerintah masih gagal dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia. Seperti contoh di SDN 186 Karangan Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, siswa mereka harus belajar dengan kondisi bangunan sekolah yang memprihatinkan dimana ruang kelasnya masih berdindingkan papan dan beralaskan tanah.

Kepala sekolah tersebut mengungkapkan bahwa sekolah yang dipimpinnya memiliki 3 ruang kelas yang jauh dari kata layak serta 3 kelas lainnya terpaksa menumpang di rumah warga.

  • Teknologi dalam Pendidikan

Penggunaan perangkat digital, platform e-learning, dan akses informasi secara online telah memungkinkan pembelajaran menjadi lebih fleksibel, efisien, dan inovatif. Namun, di balik berbagai keunggulan teknologi dalam pendidikan, terdapat berbagai keterbatasan yang perlu diperhatikan. Salah satu tantangan terbesar adalah kesenjangan teknologi digital yang masih signifikan, terutama di daerah-daerah terpencil.

Contohnya seperti di beberapa sekolah di daerah pelosok Mentawai yang masih kesulitan akses internet. Beberapa guru di daerah pelosok bahkan mencari tempat yang lebih tinggi untuk mendapatkan sinyal provider demi mengakses internet, ungkap Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Selain itu, tantangan tersebut semakin terasa menjelang pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK), beberapa sekolah bahkan harus membawa para siswanya menempuh perjalanan melalui laut dan sungai demi mencapai sekolah yang memiliki akses internet memadai.

  • Kesejahteraan Guru

Kesejahteraan guru di Indonesia sering kali berada pada tingkat yang memprihatinkan. Banyak guru, terutama yang berstatus honorer, menerima gaji yang jauh dari kata cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Melalui Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) dan GREAT Edunesia Dompet Dhuafa survei tersebut menunjukkan 74 persen guru honorer atau kontrak di Indonesia memiliki penghasilan di bawah Rp2 Juta per bulan bahkan 20,5 persen diantaranya masih berpenghasilan di bawah Rp500 Ribu.

Apabila dilakukan perbandingan, maka gaji guru honorer di Indonesia masih dibawah Upah Minimum Kabupaten-Kota (UMK) 2024 terendah Indonesia, yaitu Kabupaten Banjarnegara dengan UMK sebesar Rp2.038.005. Dengan penghasilan tersebut berbagai upaya dilakukan guru untuk menutupi kebutuhan hidup salah satunya adalah memiliki pekerjaan sampingan selain guru. Tak hanya itu, minimnya penghasilan dari pekerjaan utama sebagai guru dan tambahan dari pekerjaan sampingan, menjadikan berutang sebagai salah satu jalan untuk menutupi kebutuhan hidup.

  • Profesionalisme Guru

Profesionalisme guru berperan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Guru profesional lebih mampu mengelola kelas, menciptakan lingkungan belajar kondusif, serta beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Profesionalisme juga mencakup kemampuan berkolaborasi dengan rekan dan berpartisipasi dalam pengembangan diri, seperti pelatihan dan seminar. Namun, sayangnya tidak semua guru mendapat kesempatan pelatihan dan seminar.

Seperti di Jayapura, sekolah daerah terpencil banyak ketinggalan informasi mengenai kebijakan baru dan kesempatan pelatihan bagi guru. Situasi ini semakin parah dengan minimnya Langkah proaktif dari dinas Pendidikan daerah. Tak heran jika kurikulum pun tak berjalan optimal. Hingga saat ini, pelatihan kurikulum 2013 dari provinsi di dapat baru baru ini, namun tidak ada Gerakan dan program pelatihan dari dinas Pendidikan setempat sehingga sampai sekarang belum ada sekolah yang melaksanakan kurikulum 2013.

Dari poin – poin di atas serta contoh nyata yang telah dipaparkan, menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia masih memerlukan perhatian lebih dari pihak pemerintah. Karena rendahnya kualitas pendidikan dan sdm di negara ini merupakan bentuk dari Domino Effect yang mana berawal dari kurangnya perhatian pemerintah terhadap tenaga pendidik di Indonesia sehingga para guru terutama di sekolah negeri memiliki beban yang berlipat membuat mereka tidak totalitas dalam mengajar dan berefek pada siswanya.

Oleh karena itu, kami berharap untuk Menteri Pendidikan yang selanjutnya membuat kebijakan yang bisa meringankan beban serta menaikkan gaji dari para guru dan tenaga pendidikan. Selain itu, membuat pelatihan guru gratis dan merata hingga ke pelosok daerah bisa membantu para guru agar bisa meningkatkan kualitas mereka sehingga pendidikan bisa merata hingga ke seluruh negeri serta sdm di Indonesia bisa meningkat.

Sumber:

[1] https://tambahpinter.com/penyebab-rendahnya-pendidikan-di-indonesia/

[2] https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6313826/bangunan-sekolah-tak-layak-siswa-sd-di-enrekang-belajar-beralaskan-tanah

[3] https://www.rri.co.id/daerah-3t/721230/sekolah-di-pelosok-mentawai-masih-kesulitan-akses-internet

[4] https://www.cnnindonesia.com/nasional/20240521141422-20-1100402/survei-74-persen-guru-honorer-digaji-di-bawah-rp2-juta

[5] https://www.kompas.id/baca/dikbud/2017/07/29/guru-di-pelosok-minim-pelatihan

Penulis

Dahliana Sahyuddin (2211102421011)

Riska Alviani (2211102421008)

*Opini di Tanggung Jawab Penuh oleh Penulis

RELATED ARTICLES

Most Popular