Infokaltim.id, Bontang- Kasus stunting, banyak dikaitkan dengan kondisi masyarakat miskin. Di Bontang, dengan wilayah yang kecil, namun angka stuntingnya masih terbilang tinggi. Data terakhir yang dirilis Pemerintah Kota Bontang, kasus stunting di Bontang masih sebesar 20,6 persen.
Padahal, pemerintah pusat menargetkan angka stunting turun di Tahun 2024 dengan presentase 14 persen.
Melihat hal itu, Ketua DPRD Kota Bontang Andi Faizal Sofyan Hasdam mengatakan indikator data stunting ini, kata dia, tergantung indikator dari cara menghitungnya.
“Data pusat ini hasilnya beda untuk mendata masyarakat miskin. Alhamdulillah kalau di Bontang dikatakan masyarakat miskinnya kurang,” kata Andi Faiz saat diwawancarai belum lama ini di Pendopo Rujab Wali Kota Bontang.
Saat ini, lanjut dia, bagaimana Pemerintah Kota Bontang bisa mengedukasi masyarakat, terutama keluarga, untuk menekan angka stunting. Karena angka stunting ini bukan hanya saat bayi lahir ke dunia kemudian diberikan gizi berkecukupan. Namun, sejak awal sebelum menikah, semua hal harus sudah dipersiapkan.
“Sejak sebelum menikah, ketika dalam kandungan, semua saya kira saling berhubungan antar satu dan lainnya, sehingga upaya kita untuk menekan stunting di Kota Bontang,” tuturnya.
Menurutnya, dengan tingginya angka stunting di Bontang ini, merupakan tamparan bagi semua pihak. Dengan kondisi Bontang yang hanya 3 Kecamatan, jumlah penduduknya yang sangat sedikit tapi stunting di Bontang cukup banyak.
“Perlu kerjasama semua pihak, dan perlu penanganan khusus. Jangan sampai anggaran stunting banyak, ternyata seperti kata Pak Jokowi, anggaran yang banyak, tetapi banyak digunakan untuk rapat-rapat, dibanding dengan pemberian makanan dan turun ke lapangannya,” bebernya.
Andi Faiz berharap, kerjasama yang nyata bisa menurunkan angka stunting di Bontang.
[Ryu|Adv DPRD Bontang]