Sabtu, April 19, 2025
BerandaKesehatanMewujudkan Keberlanjutan Program Makanan Bergizi Gratis untuk Generasi Emas Indonesia

Mewujudkan Keberlanjutan Program Makanan Bergizi Gratis untuk Generasi Emas Indonesia

Oleh: Muhammad Rafli Aidillah

Apakah Anda pernah memperhatikan perbedaan fisik dan stamina antara pemain sepak bola Indonesia dengan tim dari Jepang, Korea, atau negara Eropa? Perbedaan tersebut bukan hanya soal teknik, tetapi juga erat kaitannya dengan pemenuhan gizi sejak dini. Tulang dan otot yang kuat, bahkan kecerdasan otak, tidak hanya terbentuk melalui latihan fisik tetapi juga dari pola makan bergizi yang konsisten. Pemenuhan gizi ini berdampak signifikan, bukan hanya pada aspek mikro yaitu individu tetapi juga pada aspek makro seperti ekonomi dan kesejahteraan bangsa.

Dalam upaya meningkatkan kualitas generasi muda, program Makanan Bergizi Gratis yang diluncurkan pada 6 Januari 2025 oleh pemerintahan Prabowo-Gibran adalah langkah historis. Program ini menyasar anak-anak dari PAUD hingga SMA, dengan alokasi anggaran sebesar Rp71 triliun untuk tahap awal. Meskipun program ini menjadi harapan besar, beberapa pihak mempertanyakan kualitas gizi dengan anggaran Rp10.000 per paket makanan di tengah kenaikan harga pangan. Namun, keberhasilan program ini tidak hanya diukur dari besar kecilnya serapan anggarannya, tetapi juga dari keberlanjutan dan dampaknya yang luas kedepan. 

Belajar dari Keberhasilan Negara Lain

Keberhasilan program serupa di negara lain dapat menjadi inspirasi. Tiongkok, misalnya, telah berfokus pada pendidikan gizi anak sejak 1997. Melalui kebijakan nasional dan investasi sumber daya yang besar, Tiongkok berhasil menciptakan kebiasaan konsumsi makanan sehat di kalangan masyarakatnya. Hasilnya, 33,6 juta anak di desa terbebas dari masalah gizi buruk dan anemia.

Di Amerika Serikat, program National School Lunch (Makan Siang Sekolah) yang dimulai pada 1946 lahir dari krisis ekonomi tahun 1930. Program ini terus berkembang hingga mencakup sarapan dan susu gratis untuk anak-anak sekolah mau yang putus sekolah. Selain itu memberikan makanan bergizi bagi masyarkat dengan penghasilan rendah, Amerika juga memasukkan pendidikan gizi dalam kurikulum sekolah untuk memastikan pemahaman sejak dini.

Kedua negara tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan program pemenuhan gizi memerlukan komitmen pemerintah, investasi besar, dan pendidikan gizi yang melibatkan semua pihak yaitu sekolah, guru, orang tua, dan penyedia makanan.

Menata Keberlanjutan Program di Indonesia

Program Makanan Bergizi Gratis di Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemicu transisi gizi nasional. Tahap awal program ini menargetkan 600 ribu anak di 26 Provinsi, dengan sasaran jangka panjang mencakup 38 juta penerima dari berbagai kelompok, termasuk anak usia dini, siswa sekolah, santri, dan ibu hamil.

Muhammad Rafli Aidillah

Namun, keberlanjutan program ini membutuhkan strategi yang lebih luas. Selain menyediakan makanan, program harus mengedepankan edukasi dan advokasi. Sekolah, guru, orang tua, dan penyedia makanan perlu diberdayakan untuk membangun pemahaman tentang pentingnya gizi. Dengan pemahaman yang meningkat, masyarakat dapat secara mandiri menjaga pola makan sehat, sehingga ketergantungan pada anggaran besar dapat berkurang seiring waktu.

Program ini adalah langkah besar menuju Indonesia yang bebas dari stunting, kelaparan, dan masalah gizi buruk. Dengan komitmen dan kolaborasi semua pihak, kita tidak hanya dapat memastikan keberlanjutan program, tetapi juga mewujudkan generasi emas yang sehat, cerdas, dan tangguh.

**Opini ini merupakan bagian dari tanggungjawab penulis.

RELATED ARTICLES

Most Popular