Momentum HKN, Hentikan Istilah Kadrun, Cebong dan Kampret, Legislator ini Ajak Anak Bangsa Bersatu Kawal Setiap Kebijakan Pemerintah

Anggota DPRD Samarinda Fraksi PKS, Nursobah. (Infokaltim.id/Ist).

Infokaltim.id, Samarinda- Anggota DPRD Samarinda dari Fraksi PKS, Nursobah menyebutkan terbelahnya politik indentitas pada pemilihan presiden pada 2019 silam masih terasa hingga sekarang, mulai pemakaian istilah cebong, kampret hingga kadrun masih ramai beredar di paltform media sosial seperti facebook dan twiter.

Sebab itulah, pada momentum Hari Kebangkitan Nasional (HKN) yang jatuh pada Jum’at 20 Mei 2022 jadikan sebagai momentum persatuan bagi seluruh anak bangsa harus melupakan dan hentikan pemakaian istilah yang disematkan kepada kaum tertentu yang berbeda pilihan politik. Hal itu akan merusak mental dan kedewasaan dalam berbangsa dan bernegara.

“Istilah itu masih disematkan kepada golongan tertentu, sebenarnya tidak relevan lagi, itu ada pupuk dari pemecah belah bangsa,” tegasnya, Kamis (26/05/2022).

Seharusnya, kata Anggota Komisi I DPRD Samarinda itu, bahwa sesungguhnya masalah utama bangsa saat ini adalah salah fokus dan salah prioritas. Coba lihat masalah-masalah dihadapan semua bangsa.

Misalkan, disebutkan dia, saat ini pertamina yang defisit 191 triliun, kerugian jiwasraya dan asabri triliunan, pengerukan tanpa kenal lelah dan sedot tak bersisa semua SDA di semua pulau, keruk migas, batu bara, nikel, sawit, pasir putih , dan lainya.

“Reduksi semua potensi perut bumi di semua pulau. Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Ambon dan Papua. Apa konversi yang sudah dirasakan pasca SDA habis. Utang ribuan triliun, rekening gendut pejabat dan bangsa ini nyaris facing bankruptcy,” bebernya.

Seharusnya, disebutkan Nursobah, pemilik semua SDA secara sah dan dinikmati seluruh anak bangsa sudah jelas tertuang dalam Undang-undang Dasara (UUD) pasal 33 bahwa pemilik sah seluruh SDA.

Urgensi bangsa saat ini yang harus dikawal adalah, diungkapkan Nursobah, bahwa seluruh kegiatan atau kebijakan yang tidak pro rakyat harus betu;-betul dikawal, agar semua anak bangsa tidak melarat di negeri sendiri.

“Jadi itu yang paling penting, jangan lagi kembangkan istilah kampret, cebong dan kadrun. Itu pembelahan,” tegasnya.

Jangan lagi kembangkan istilah cebong kampret, kembalilah pada sila ke 3 Pancasila yaitu Persatuan Indonesia. Bangsa ini sedang berupaya naik kelas. Ayo semua anaka bangsa buat program terbaik untuk bangsa.

“Hentikan semua isu yang dapat memecah belah bangsa,” imbuhnya.

Dia mengajak seluruh anak bangsa mari jadikan hari ini sebagai kebangkitan. Bangkit dengan momentum Budi Utomo atau kebangkitan kristus yang akan turun lagi ke Bumi. Setop semua energi yang merusak. Untuk menjadi energi pendobrak ide baik untuk bangsa.

“Kita dan anda semua bisa menjadikan tahun ini dan akan datang sebagai pelopor kenaikan dan kebaikan bangsa,” ujarnya.

Menurutnya, pancasila sebagai jalan konsensus yang menyatukan. Bukan memisahkan dan memecah belah. Ia harus menjadi cara efektif membersamai lahirnya ide-ide baru dan brilian setelah founding fathers bangsa yang mempersembahkan untuk kesejahteraan seluas-luasnya bagi anak bangsa.

“Jangan ada lagi penyakit yang membuat kita bepecah. Jangan ada lagi perasaan yang membuat kita gelisah. Jangan ada lagi yang membuat kita terkuras energi hanya karena little problem,” pungkasnya.

Tapi, kata dia, Dihadapan ada masalah utama dan besar. Bagaimana menjadikan bangsa ini besar dan gagah dihadapan bangsa lain. Karena semua anak bangsa harus memiliki semua instrumen kemajuan. Dan instrumen sebagai salah satu bangsa yang berpotensi memimpin bangsa lain yang intoleran berwawasan sempit, suka perang, pamer senjata dan semua hal tak solutif.

“Kita adalah bangsa besar yang toleran, adaptif, kolaboratif dan suka bersatu dan menyatukan 500 suku bahasa dan 17.000 kepulauan,” ajaknya.

[Ard | Ads]