Infokaltim.id, Penajam- Sekretaris Daerah Tohar hadiri Pelaksanaan High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Kalimantan Timur dan Ulama Peduli Inflasi, Via virtual meeting di lantai III Kantor Bupati Penajam Paser Utara bersama dengan kepala OPD terkait, Kepala Cabang Bulog Paser Penajam, Direktur Perumda, Penyuluh Agama, dan Tim TPID Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Senin (10/03/2025)
Materi High Level Meeting pengendalian inflasi tersebut tidak hanya membahas bagaimana rancangan pengendalian inflasi Bersama dengan 10 Kabupaten / Kota di seluruh Propinsi Kalimantan Timur yang kemudian dirangkai dengan isu tematik yang bertema Ulama Peduli Inflasi dengan tema Bijak Belanja dan Berjualan Kepada Masyarakat Provinsi Kaltim Selama Bulan Suci Ramadahan 1446H / 2025M.
Hal-hal yang perlu dipahami berkenaan dengan rapat tersebut khususnya untuk situasi dan kondisi PPU terkait dengan inflasi secara umum, Kabupaten Penajam Paser Utara berada di kisaran 0,45%, angka tersebut berdasarkan catatan statistik Kabupaten di sumbang oleh diskon daya listrik, untuk pengguna 1300kw kebawah sehingga berkontribusi terhadap adanya deflasi. Sampai dengan saat ini secara umum kondisi kebutuhan pokok masyarakat baik dari aspek ketersediaan dan keterjangkauan masih berjalan dengan normal. Sekretaris Daerah, Tohar berharap hal tersebut akan dapat bertahan hingga setelah lebaran Idul Fitri.
“Kebutuhan pokok baik dari aspek ketersediaan dan keterjangkauan masih berjalan dengan normal, mudah-mudahan ini tetap terjaga sampai dengan nanti 1 syawal bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri 1446, kalau toh ada riak-riak karena dengan momentum hari raya saya pikir ini sudah lumrah dan biasa, dengan catatan jangan berlaku dengan rentang yang cukup lama,” ucap Tohar.
Sesuai dengan tema Ulama peduli inflasi ialah, ulama yang dimaksud adalah setiap orang yang mempunyai kapasitas keilmuan agama, untuk dapat berkontribusi terhadap ketresediaan, keterjangkauan, kelancaran dan komunikasi efektif berkenaan dengan barang – barang keperluan pokok.
“Ulama dalam arti pendakwah, mohon dengan sangat dan hormat, titip pesan kami, sisipkan kepada mustamiin disetiap ceramah kita untuk secara arif dan bijaksana dalam rangka mendapatkan kebutuhan – kebutuhan pokok sesuai dengan kebutuhan pribadi,” lanjut Tohar.
Di bulan Ramadhan, kultur masyarakat hampir seluruhnya mengalami fenomena paradox, yaitu kebutuhan dan pembelian barang kebutuhan pokok menjadi meningkat, hal tersebut dimungkinkan karena masyarakat memuliakan bulan Ramadhan sehingga menyambutnya dengan meriah sehingga masyarakat cenderung belanja berlebihan. Faktor lain yang menyebabkan hal tersebut adalah dorongan nafsu untuk berbelanja (lapar mata) ketika bulan puasa.
Menutup rapat yang dilaksanakan di lantai III tersebut, Tohar menambahkan pemahaman terkait pengedalian dan peduli inflasi, Tohar menyampaikan arahan dan harapan agar semua pihak terkait dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat agar arif dan bijaksana dalam memenuhi kebutuhan pribadinya masing-masing dan tidak berlebihan dalam berbelanja.
“Prinsip dasarnya mari kita semua bergandengan tangan, berkolaborasi dan bersinergi antara TPID, Majelis Ulama Indonesia , Jajaran Kemenag, Alim Ulama, penyuluh dan kita semua agar dapat bergandengan tangan dalam rangka bagaimana hal- hal yang kemungkinan terjadi secara negatif dapat kita hindari, dan topik pembahasan hari ini tentang peduli inflasi menyadarkan kita pentingnya pesan moral kepada masyarakat sebagai konsumen, kiranya dapat melakukan pemenuhan kebutuhan secara arif dan bijaksana, tidak berlebihan apalagi sampai terjadi panic buying, karena terlalu khawatir akan terjadi kelangkaan bahan pokok,” tutup Tohar.
[hms|kom|anl|adv]