Ribuan Kaum Muslimin Laksanakan Sholat Idul Adha 1443 H di Gor Kadrie Oening, Khotib Sampaikan 5 Karakter tentang Nabi Ibrahim

Suasana pelaksanaan sholat Idul Adha 1443 H di GOR Kadrie Oening yang digelar oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Samarinda Utara. (Infokaltim.id/Ist).

Infokaltim.id, Samarinda- Ribuan masyarakat melaksanakan salat Idul Adha di lapangan parkir komplek Gelanggang Olahraga Kadrie Oening Sempaja Samarinda Utara pada Sabtu (09/07/2022). Pelaksanaan salat Idul Adha ini berlangsung dengan khidmat.

Muhammadiyah menetapkan Idul Adha 1443 Hijriyah tahun ini berbeda dengan pemerintah. Sementara pemerintah menentukan Idul Adha jatuh pada 10 Juli 2022, Muhammadiyah lebih dulu menetapkan tanggal 9 Juli. Ini terjadi bukan semata-mata karena perbedaan metode hisab dan rukyat, melainkan terkait kriteria tinggi hilal. Pemerintah menetapkan ketinggian minimal hilal 3 derajat, sedangkan Muhammadiyah asal telah terjadi konjungsi dan konjungsinya sebelum matahari terbenam maka telah ditetapkan sebagai bulan baru.

Taufik Rahman selaku ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Samarinda Utara sekaligus penanggung jawab pelaksanaan sholat Idul Adha di GOR Kadrie Oening menyampaikan pesan, “Teruslah memperkuat ukhuwwah Islamiyyah dibalik perbedaan demi persatuan dan kesatuan umat Islam dalam menyongsong Indonesia yang berkemajuan,” imbuhnya.

Pantauan media di lokasi, ribuan masyarakat sejak pagi hari memadati lokasi untuk melaksanakan salat Id. Lantunan takbir bergema mengiringi khidmatnya Hari Raya Idul Adha. Jamaah orang tua hingga anak-anak berjajar rapi dalam shaf-shaf yang telah disiapkan panitia turut memperlihatkan antusiasme memadati kawasan tersebut. Rintik gerimis tipis semakin menghadirkan kekhusyuan jamaah yang hadir.

Pada pelaksanaan salat Id ini, selaku imam dan khatib adalah Ustad KH. Rifki Rosyidi, Direktur Pondok Pesantren Muhammadiyah Paciran Jawa Timur. Beberapa pesan khutbah disampaikan diantaranya adalah;

Insan yang bersyukur menjadi salah satu indikator penting kematangan jiwa dan kecerdasan spiritual seseorang, karena itu bersyukur merupakan karakter utama bagi para nabi dan rasul; Nabi Nuh a.s. dinyatakan sebagai seorang hamba yang selalu bersyukur; innahū kāna ‘abdan syakūran (Q.S. al-Isra [17]: 3). Nabi Ibrahim a.s. juga termasuk hamba pilihan yang selalu mengembangkan rasa syukur kepada Allah; syakiran li an’umih ijtabahu wa hadahu ila shiratin mustaqim (Q.S. al-nahl [16]: 121). Nabi Dawud dan keluarganya pun diperintahkan untuk mengembangkan karakter suka bersyukur; i’mala ala Dawuda syukran (Q.S. Saba` [34]: 13).

Ustad Rifki Rosyidi juga menyampaikan 5 karakter utama yang dapat dijadikan alasan mengapa Nabi Ibrahim sebagai salahsatu napaktilas kehidupan yang berkait erat dengan peristiwa Idul Adha menjadi satu-satunya nabi (selain nabi Muhammad) yang dinyatakan sebagai teladan sekaligus menjadi panutan bagi umat Islam. Bahkan lebih lanjut dapat juga disimpulkan bahwa sifat-sifat itulah yang menjadi landasan turunnya perintah kepada nabi Muhammad dan umatnya untuk mengikuti ajaran tauhid yang sudah dibangun oleh nabi Ibrahim.

Pertama, Nabi Ibrahim dinyatakan sebagai ummah, yang beberapa mufassir mengatakan bahwa nabi Ibrahim merupakan gambaran utuh sebuah komunitas karena perilaku dan keyakinannya mencerminkan komunitas yang sempurna. Posisi yang tinggi ini diperoleh oleh nabi Ibrahim setelah berhasil mengemban amanah dan melewati beberapa ujian dengan baik dan sempurna. Memiliki tanggung jawab dan penuh kesungguhan dalam menunaikan tugas dan mengemban amanah ilahiyyah yang karakter pertama yang harus kita teladani sehingga kita pun akan menjadi teladan bagi orang-orang yang lain.

Ribuan kaum muslimin Samarinda memadati Halaman GOR Kadrie Oening.

Kedua, Qanitan lillahi; Nabi Ibrahim adalah seorang hamba yang taat dan patuh kepada Allah s.w.t., bahkan ketaatan dan kepatuhan dalam menjalankan perintah Allah ini sudah menjadi karakter semua anggota keluarganya, hal ini dapat dilihat dari sikap Ismail ketika mengetahui bahwa ayahandanya menerima wahyu dari Allah untuk menyembelih putra kesayangannya. Ismail meyakinkan ayahandanya untuk tidak ragu melaksanakan perintah Allah tersebut (Q.S. al-Shaffat [37]: 102):

Ketiga, hanifan; Nabi Ibrahim adalah pribadi yang selalu mengembangkan potensi baik dan menjaga kecenderungan hatinya untuk menjalankan kebaikan universal; nilai kebaikan universal ini sebenarnya inti dari ajaran yang menjadi titik tekan ajaran Islam. (Q.S. al-An`am [6]: 161). Setiap nabi diutus ditengah-tengah umat yang telah banyak melakukan penyimpangan, tetapi karakter hanifnya menjadi benteng baginya untuk tetap konsisten berada di jalan kebenaran dan tidak mudah terpengaruh dengan situasi yang ada di lingkungan sekitarnya. Orang islam yang baik yang meneladani karakter nabi Ibrahim adalah mereka yang tetap bersosialisasi dengan masyarakatnya tetapi kebaikannya tidak luntur meskipun berada di tengah-tengah masyarakat yang melakukan banyak penyimpangan.

Keempat, lam yaku min al-musyrikin. Semua nabi dan rasul dijaga dari perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada kemusyrikan, begitu pula dengan nabi Ibrahim yang sering kita anggap sebagai bapaknya ajaran tauhid, maka tidak benar anggapan/tuduhan bahwa nabi Ibrahim pernah melakukan pengembaraan teologis; mulai dari menyembah bintang, bulan dan matahari. Ini pemahaman yang sangat keliru, pemahaman yang tidak utuh terhadap ayat-ayat al-Quran; dan sekaligus sebagai tuduhan yang sangat keji kepada nabi Ibrahim karena sesungguhnya apabila kita pahami rangkaian ayat secara utuh dan komprehensif kita akan mengetahui bahwa sejak kecil nabi Ibrahim sudah dikarunia kematangan emosional, kecerdasan spiritual dan kejernihan teologis (Q.S. al-Anbia [21]: 51).

Tauhid inilah yang menjadi identitas kebanggaan nabi Ibrahim dan para pengikutnya; sebagai komunitas yang minoritas pada masanya dan berada di bawah ancaman pembunuhan dan tekanan kekuasaan, mereka berani mengatakan dengan lantang akan kebenaran (Q.S. al-Mumtahanah [60]: 4).

Kelima; syakiran li an`umih. Nabi Ibrahim selalu menyukuri nikmat Allah. Syukur menjadi karakter utama yang melekat pada diri Ibrahim, dan inilah yang menjadi motor penggerak di dalam dirinya untuk selalu berpikir positif dalam menjalankan semua perintah Allah s.w.t; sehingga dapat dikatakan bahwa ketaatan dan totalitasnya dalam beribadah merupakan pengejawantahan dari rasa syukur kepada Allah swt.

Jamaah secara tertib mengakhiri rangkaian sholat Idul Adha dan panitia dengan sigap tuntas membersihkan lokasi dari sampah bekas alas sholat.

[Uzn | Ard]

Exit mobile version