Opini  

Spirit Kesantunan Berkomunikasi

Oleh : Afita Nur Hayati (Bekerja di IAIN Samarinda, Kabid Kader PWNA Kaltim)

Komunikasi berasal dari bahasa Latin, communis yang artinya sama. Berasal dari bahasa Inggris, make to common, yang artinya membuat umum. Apa yang umum? Apa yang sama? Pesan yang ditransfer pengirim ke penerima pesan memiliki makna yang sama. Atau apa yang disampaikan pengirim pesan diterjemahkan sama persis oleh penerima pesan. Pengirim dan penerima pesan bisa hanya terdiri dari dua orang maka sifatnya interpersonal namun juga bisa lebih dari dua orang maka sifatnya kelompok atau bahkan mass (banyak).

Kesamaan dan keumuman, bermaksud? Kapan pesan bisa diterima persis sama? Ketika situasi dan kondisinya tepat, dan pesan disampaikan dalam konteks komunikasi yang sesuai. Pengirim dan penerima pesan relatif memiliki frame of reference, meskipun ada perbedaan namun tidak signifikan. Misalnya jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pengetahuan, usia, latar belakang budaya. Garis besarnya kurang lebih begitu. Maka yang terjadi komunikasi kan menyambung, klik atau dikatakan efektif.

Lalu apa itu kesantunan? Kesantunan berasal dari kata santun dengan awalan ke dan akhiran an. Mempunyai makna sifat santun, yaitu sifat yang menurut nilai dan norma masyarakat setempat sepakati bersama adalah layak adanya. Istilah ejaan Bahasa Indonesia yang benar adalah tunduk pada nilai budaya setempat. Sikap menghormati pada yang lebih tua dan menyayangi kepada yang muda.

Mengapa manusia diajarkan harus memiliki kesantunan dalam berkomunikasi? Karena kita sebagai makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri, harus berhubungan dengan orang lain. Dalam konsep proksemiks, interaksi intim sampai berjarak sosial sesuai dengan siapa kita melakukan interaksi memerlukan tata cara yang diterima bersama pihak-pihak yang melakukan komunikasi. Walaupun pihak-pihak tersebut memiliki latar belakang yang berbeda dengan satu sama lainnya.

Agar nyaman, pengalaman masa lalu memegang peranan penting membentuk cara berpikir, merasa, dan bertingkah laku kita di masa sekarang. Selain hasil interaksi masa kini dengan lingkungan yang lebih luas, sebab kita belajar menjadi pembelajar atau bekerja. Ketika belum tahu siapa mitra kita berinteraksi, maka perlu mencari tahu lebih banyak siapa dia siapa mereka. Ada awareness, Sehingga kita klik membangun komunikasi jangka panjang. Kita akan dianggap sabar atau tidak, tenang atau tidak, menyenangkan atau tidak, bisa bekerja sama atau tidak, yang muaranya membuat kenyamanan hubungan, hanya bisa dilabeli setelah melakukan komunikasi. Tidak hanya berdasarkan informasi dari orang lain tanpa mengetahuinya sendiri. Karena proses interaksi maka kita bisa memberikan kesimpulan bahwa hubungan ini bisa dilanjutkan karena ada kenyamanan atau ada proses yang dinamakan depenetrasi dalam hubungan.

Agar harmonis, harmoni muncul setelah hubungan dirasa ada kenyamanan, tidak akan ada friksi terlebih lagi konflik. Terkadang perbedaan cara pandang menyebabkan penarikan kesimpulan terhadap suatu hal dari satu orang dengan orang lain berbeda. Ini yang harus disadari oleh setiap individu yang terlibat proses interaksi. Jangan sampai kita berhati-hati bertutur dan bersikap, serta bertingkah laku dengan baik, sementara mitra kita tidak terlalu memperhatikan hal-hal tersebut, menurut hemat kita. Berusaha menempatkan diri dalam situasi yang terjadi dengan tepat ternyata lawan bicara kurang melakukannya. Maka keharmonisan akan menjauh, untuk mendekatkannya kembali, memori yang tersimpan dalam pikiran mempersepsi mitra kita berinteraksi harus dirubah. Bahwa manusia bukan makhluk stagnan, manusia berubah karena pengalaman hidupnya yang terus terbaharukan setiap harinya. Pengalaman baru terbentuk karena berada dalam lingkungan yang berbeda dengan isi lingkungan yang berbeda dengan perbedaan cara pandang juga.

Selamat menjadi manusia sosial yang sesungguhnya. Karena Tuhan menciptakan kita berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kita bisa saling mengenal satu sama lain. Kita tidak bisa memilih lahir dimana dan dari suku bangsa apa. Pilihan mengenal ada ditangan setiap orang, bisa lewat tatap muka, bisa lewat media virtual. Agar silaturahmi terjaga dan terus memberi manfaat terhadap sesama. Agar kita tidak hanya mengenal dan bermanfaat di kampung dunia tetapi bisa sampai di kampung akhirat dengan selamat.

*Opini ini sepenuhnya menjadi tanggungjawab pihak penulis