Infokaltim.id, Samarinda– Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kaltim, Andi Satya Adi Saputra mengatakan angka kematian ibu dan bayi di Kalimantan Timur (Kaltim) masih menjadi perhatian serius.
Data per Oktober 2024 menunjukkan, sebanyak 57 ibu meninggal saat proses kehamilan atau persalinan, disusul 394 kematian neonatal, 464 kematian bayi, serta 699 kematian perinatal.
Dia menyampaikan apresiasi terhadap langkah Dinas Kesehatan Kaltim yang telah mengembangkan program Pelayanan Kesehatan Gratis (PKG) dan Cek Kesehatan Gratis (CKG).
Namun ia menegaskan, program ini perlu didukung oleh strategi yang lebih luas dan terintegrasi.
“Langkah yang dilakukan Dinas Kesehatan sudah bagus, tetapi kalau kita ingin melihat penurunan nyata dalam AKI dan AKB, perlu ada kerja sama lintas sektor dan kebijakan yang lebih komprehensif,” ujar Andi Satya, Rabu (23/5/2025).
Menurutnya, pendekatan sektoral saja tak cukup. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antarlembaga, penguatan regulasi, serta dukungan anggaran untuk layanan kesehatan primer, khususnya di daerah-daerah yang selama ini kesulitan mengakses fasilitas medis.
Salah satu fokus DPRD saat ini adalah meningkatkan layanan kesehatan ibu dan anak di wilayah terpencil seperti Kutai Barat dan Mahakam Ulu.
Program seperti Puskesmas Plus dan revitalisasi layanan PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) dinilai perlu diperluas jangkauannya.
“Masih banyak puskesmas di pelosok yang kekurangan tenaga medis dan peralatan penting. Kami telah mendorong penambahan anggaran untuk memperkuat SDM dan infrastruktur kesehatan di daerah-daerah tersebut,” tambahnya.
Tak hanya soal fasilitas, Andi Satya juga menyoroti pentingnya sistem digitalisasi layanan rujukan. Ia mendorong penerapan sistem yang memungkinkan pemantauan data AKI dan AKB secara real-time, sehingga respon bisa lebih cepat dan tepat sasaran.
“Sistem rujukan digital penting, apalagi untuk kasus ibu hamil berisiko tinggi atau bayi yang lahir dengan berat rendah. Jangan sampai kita terlambat bertindak karena menunggu laporan tahunan,” katanya.
Lebih jauh, ia juga menekankan perlunya pendekatan edukatif kepada masyarakat. Pemahaman ibu hamil dan keluarga tentang gizi, kesehatan reproduksi, serta tanda-tanda komplikasi kehamilan harus terus ditingkatkan.
“Ini bukan sekadar urusan tenaga medis. Edukasi harus menyeluruh, melibatkan tokoh masyarakat, lintas sektor, dan dilakukan secara konsisten. Kita harus pastikan semua ibu hamil tahu kapan harus mencari pertolongan,” tegasnya.
Andi Satya berharap bahwa upaya kolektif ini bisa membawa perubahan signifikan dalam menekan angka kematian ibu dan bayi di Kaltim.
“Penurunan AKI dan AKB bukan sekadar angka. Ini soal menyelamatkan nyawa dan memberi harapan bagi generasi yang akan datang,” pungkasnya.
[anr|anl|adv]