Infokaltim.id, Tenggarong- Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kutai Kartanegara (Kukar) melakukakan penelusuran situs warisan peninggalan Kerajaan Kutai Kartanegara pada masa Pemarangan.
Dalam penelusuran tersebut, terdapat beberapa warisan bukti warisan peninggalan sejarah Kerajaan Kutai Kartanegara di masa Pemarangan. Yakni, makam Aji Pangeran Sinaum Panji Mendapa dan makam ibunda ratu dari Aji Pangeran Sinum Mendapa.
Tak jauh dari makam tersebut, ditemukan juga situs peninggalan tiang keraton di masa Pemarangan. Hal itu menjadi bukti kuat Kerajaan Kutai Kartanegara pernah berdiri di Pemarangan.
Di ketahui pemarangan merupakan nama daerah yang terletak di Kecamatan Loa Kulu. Kini, nama Pemerangan itu disebut dengan nama Desa Jembayan.
“Periode di Jembayan ini bagian dari Kerajaan Kutai Kartanegara yang didirikan di daerah Jahitan layar yang ada di Anggana,” kata Peneliti Ahli Madya Bidang Kebijakan Publik Balitbangda Kukar, M Soleh Pulungan, rabu (23/03/2022).
Lanjut dia, berdasarkan informasi yang didapatkan dari berbagai artikel, periodisasi pemerintahan Kerajaan Kutai di masa Pemarangan di mulai sejak tahun 1635 sampai dengan 1778 masehi. Dari 1635 hingga 1778 masehi, Kerajaan Kutai di masa Pemarangan pernah di pimpin oleh 7 orang raja.
“Yakni, Aji Pangeran Sinum Mendapa, Aji Pangeran Dipati Agung, Aji Pangeran Dipati Maja Kusuma, Aji Ragi atau Ratu Agung, Aji Pangeran Dipati Tua, Aji Pangeran Anum Mendapa dan terakhir Aji Muhammad Idris yang baru saja mendapat gelar pahlawan nasional,” terangnya.
Banyak hal yang telah terjadi pada masa Pemerangan tersebut. Salah satunya peristiwa penyerangan Kerajaan Kutai Kartanegara kepada Kerajaan Kutai Martadipura yang terletak di Muara Kaman.
Penyerangan itu, kata Soleh, menyebabkan kekalahan dari Kerajaan Kutai Martadipuran. Atas kekalahan tersebut, maka kerajaan Kutai Martadipura telah menjadi bagian Kerajaan Kutai Kartanegara.
“Setelah bergabung, timbul lah nama Kerajaan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Peristiwa penggabungan kerajaan tersebut, terjadi pada masa kepemimpinan Aji Pangeran Sinum Mendapa,” ujarnya.
Penelusuran ini, disebutkan Soleh, bertujuan untuk melestarikan dan menjaga keberlangsungan situs warisan peninggalan Kerajaan Kutai di masa Pemerangan.
Selain itu, hasil penulusuran ini akan dijadikan sebuah buku, sehingga situs serta kisah sejarah Kerajaan Kutai Kartanegara dapat diketahui oleh masyarakat. Buku itu juga nantinya akan disebar ke para pelajar dan juga mahasiswa.
“Bisa juga untuk kalangan akademisi dan juga masyarakat,” tutupnya.
[Rzf|Sdh|Ads]