Membangun Gagasan Kolaboratif dalam Proyeksi Kepemimpinan Muhammadiyah Kaltim 2022-2027

Wakil Sekretaris Fokal IMM Kaltim, Fitroh Asriyadi. (Infokaltim.id/ist).

Infokaltim.id, Samarinda- Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Kaltim 24 Desember 2022 memulai untuk melaksanakan Musyawarah Wilayah (muswil), dengan suasana kebatinan yang teduh dan penuh kekeluargaan.

Suasana muswil kali ini terhitung agak berbeda dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya, jika di tinjau dari tahun pengabdian. Periode kali ini lebih panjang sekitar dua tahun, hal ini tentulah bukan tanpa sebab. Muhammadiyah mengambil opsi tersebut lantaran disebabkan oleh masa pendemi yang melanda Indonesia dan dunia.

Periodesasi yang cukup lama ini tentu memiliki dinamika dan prestasi yang sangat beragam dari banyak sisi. Majunya pengembangan Muhammadiyah khususnya di bidang pendidikan, diantaranya mempelopori peningkatan status AUM di bidang pendidikan dari sekolah tinggi menjadi universitas.

Majunya beberapa sekolah di level pendidikan dasar dan menengah. Serta pondok pesantren yang menjadi unggulan di masing-masing kota dan daerah. Kiprah penanggulangan bencana melalui trisula bencana yaitu MDMC, Lazismu dan Ortom di beberapa kejadian bencana yang begitu cepat.

Prestasi-prestasi yang pernah terukir tersebut tentu harus diapresiasi sebagai kinerja baik pengurus Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Timur periode 2015-2022. Namun demikian, sederet prestasi yang telah terealisasi tersebut tentu masih harus terus ditingkatkan serta perlu mendapatkan perhatian.

“Seperti misalnya persoalan adaptasi tekhnologi informasi. Muhammadiyah Kaltim kini harus lebih cepat dalam bergerak untuk masuk pada peradaban dakwah digital. Sebab perubahan zaman memaksa pergeseran dakwah konvensional kini berdampingan erat dengan dakwah digital,” ungkap Wakil Sekretaris Forum Komunikasi Alumni (Fokal) IMM Kaltim, Fitroh Asriyadi.

Kemudian, uraian permasalahan yang lain adalah kurang bertumbuhnya amal usaha Muhammadiyah di sektor ekonomi yang menjadikan warga Muhammadiyah hanya menjadi objek konsumtif dan menjadi penonton di wilayahnya sendiri oleh kekuatan ekonomi pasar. Sebab, kekuatan ekonomi yang diketahui kini hanya dikuasai oleh beberapa gelintir orang saja (di luar Muhammadiyah).

Dari permasalahan di atas maka perlu kiranya kepemimpinan Muhammadiyah Kalimantan Timur memproyeksikan penyelesaian pada pekerjaan rumah yang belum selesai, setidaknya ada 4 hal yang diuraikan Fitroh Asriyadi, diantaranya sebagai berikut:

  1. Menyiapkan dan menumbuh kembangkan pendakwah, media dakwah dan metode dakwah yang mudah untuk dikonsumsi oleh semua kalangan utamanya adalah dakwah di kalangan remaja dan anak muda agar mereka menjadi pribadi muslim sejati, mengingat perkambangan media yang disponsori oleh pegiat LGBT, sekularisme dan faham lain yang begitu masif dan sudah terlebih dahulu ada.
  2. Membangun budaya komunikasi yang terbuka dan egaliter, santun dan komunikatif sehingga terjalin ikatan yang kuat dan menghilangkan barier antara kaum muda dan kaum tua.
    3.Perlu kiranya penguatan komunikasi dan kolaborasi kepada pihak luar dengan lebih baik lagi utamanya adalah dengan stake holder, pemerintah, perusahaan di sekitar wilayah Kalimantan Timur.
  3. Penguatan sektor ekonomi Muhammadiyah. Muhammadiyah sebagaimana yang diketahui memiliki banyak amal usaha terutama AUM pendidikan, hanya saja perlu dilakukan sentralisasi pada sektor ekonomi agar dapat dikelola dengan baik dan menjadi sumber pendapatan lain bagi persyarikatan, selain itu sektor bisnis Muhammadiyah yang harus mulai dilirik oleh Muhammadiyah adalah bisnis bahan pangan yang sejatinya Muhammadiyah memiliki potensi pengelolaan keuangan dan aset wakaf yang dapat di berdayakan melalui senergi majelis yang ada di lingkungan Muhammadiyah.
  4. Muhammadiyah harus tetap berkomitmen serta berpihak pada kader-kader persyarikatan yang telah berdiaspora dalam menjadi kader bangsa, persyarikatan dan Ummat. Serta yang tak kalah penting adalah membela kepentingan Mustadh’afin.

Untuk itu dalam merealisasikan gagasan proyeksi ke depan Muhammadiyah haruslah dibangun dengan komunikasi serta sinergi yang baik antar pimpinan.

“Komunikasi antara entitas anak muda dan entitas orang tua yang tidak boleh terkesan kaku serta birokratif. Agar segala permasalahan serta gagasan yang ada mampu selesaikan dan dapat direalisasikan dengan baik,” harapnya.

[*Ard]