Jagalah Lisanmu

Ilustrasi.

Oleh: Rifqi Rosyidi, Lc., M.Ag

Infodakwah- Sufyan al-Tsauri merupakan salah satu tabiin yang lahir pada tahun 97 hijriyah. Pada zaman itu beliau sudah mengingatkan kita untuk tidak banyak bicara. hādzā zamān al-sukūt. Padahal masa itu masih termasuk dalam kategori masa terbaik dalam perspektif hadis nabi.

Sikap tegas ini merupakan pesan keras pagi kita semua untuk bisa mengendalikan ucapan lisannya. Menjaga lisan bukan hanya kejujuran dan kebenaran ucapan yang dijaga tetapi juga harus memperhatikan cara yang baik dalam menyampaikan kebenaran itu.

Uqbah bin Amir r.a. datang kepada rasulullah untuk mendapatkan nasihat tentang cara hidup selamat. Rasulullah bersabda, “Jagalah lisanmu, buatlah dirimu nyaman tinggal di rumah, dan menangislah atas dosa-dosamu.”

Bukan sekali ini saja rasulullah menasihati para sahabat untuk menjaga lisan. Suatu ketika sahabat Muadz bin Jabal r.a. bertanya tentang amal kebaikan yang bisa mengantarkan kita masuk ke surga, Rasulullah menjawab dengan 3 ungkapan singkat, pertama, pokok semua urusan adalah Islam. Kedua, tegaknya kebaikan Islam ditentukan oleh ibadah shalat, dan ketiga, puncak kejayaannya dapat diraih dengan perjuangan dan kerja keras (jihad).

Tetapi semua instrumen di atas hanya akan dapat terwujud ketika kita mampu mengendalikan ucapan kita.

Menjaga lisan tidak hanya terkait dengan sikap jujur dan kebenaran yang kita ucapkan saja, tetapi menjaga lisan juga sangat terkait dengan cara yang baik dalam menyampaikan kebenaran.

Dikisahkan bahwa suatu hari ada seorang ahli agama yang menemui Harun al-Rasyid untuk memberikan kritik dalam pemerintahannya, tetapi beliau meminta izin akan menyampaikan nasihat itu dengan agak keras.

Harus al-Rasyid memberikan respon terhadapnya dengan mengatakan, “Firaun itu seorang raja yang lebih jahat dari saya, tetapi Musa dan Harun yang lebih baik dari kamu tetap diperintahkan untuk menyampaikan kebenaran dengan cara yang lemah lembut (fa qūlā lahū qawlan layyinan).

Kualitas keimanan kita akan ditentukan oleh kemampuan kita dalam mengendalikan lisan untuk berkata jujur dan benar serta menyampaikannya dengan cara yang baik dan bijak. Kalau tidak mampu maka pilihannya hanya satu, diamlah! (falyaqul khayran aw liyashmut).

[Ros | Uzn | Anl]