Keinginan Jepang Invetasi di Benua Etam, Pemprov Kaltim Dorong Investasi Sektor Perkebunan hingga KEK Maloy Batuta

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) di Kabupaten Kutai Timur. (Infokaltim.id/Ist).

Infokaltim.id, Samarinda- Kedutaan Jepang di Indonesia bersama delegasi Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Japan External Trade Organization (JETRO) melakukan lawatannya ke Kaltim tepatnya di Balikpapan.

Dalam kunjungan delegasi Jepang tersebut, bermaksud melakukan pertemuan dengan pihak Pemprov Kaltim sekaligus seminar tentang peluang invesatasi di Benua Etam, pertemuan tersebut dihadiri Pj Sekda Provinsi Kaltim, Riza Indra Riadi.

Pertemuan delegasi Jepang sebanyak 43 orang tersebut bermaksud untuk menyampaikan keinginan pihaknya untuk melakukan investasi di Kaltim.

Riza Indra Riadi menyebutkan, keinginan Jepang melakukan investasi di Kaltim disebabkan potensi dan peluang investasi di Benua Etam sangat terbuka lebar bagi siapapun yang hendak berinvestor termasuk Jepang.

“Kaltim dengan sepuluh kabupaten dan kota didalamnya memiliki potensi besar bagi investasi daerah bahkan nasional,” tuturnya,

Riza menyebutkan, keinginan pihak Pemprov Kaltim, bahwa investor dari Jepang tersebut dapat melakukan investasi disejumlah sektor Misalnya, proyek pembangunan pabrik Karet Remah di Kutai Barat seluas 10 ha dengan estimasi produksi yang direncanakan 10 ribu ton per tahun dengan spesifikasi produk SIR 20.

“Karet menjadi salah satu komoditi utama dunia untuk kebutuhan industri dan potensinya sangat besar di Kaltim,” ujarnya, Seni (04/07/2022).

Selain itu, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) di Kabupaten Kutai Timur yang memiliki legal aspek berupa Peraturan Pemerintah Nomor 85 tahun 2014 dengan luas area 509 ha.

“Kawasan ini kaya akan sumber daya alam terutama kelapa sawit, kayu dan energi,” jelasnya.

Kawasan ini menurut dia, didukung posisi geostrategis terletak pada lintasan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI II) sebagai lintasan laut perdagangan internasional yang menghubungkan Pulau Kalimantan dan Sulawesi.

Sehingga, KEK MBTK menjadi pusat pengolahan kelapa sawit dan produk turunannya, serta pusat bagi industri energi seperti industri mineral, gas dan batu bara.

Di Kaltim tambahnya, juga memiliki pengelolaan Kawasan Industri Bontang Lestari di Kota Bontang dengan peluang investasi berupa pengolahan fly ash dan bottom ash dari pembangkit listrik.

“Perkembangan daerah dan pertumbuhan penduduk ditambah ibu kota negara berada di Kaltim, maka kebutuhan energi listrik semakin besar pula dan ini peluang bisnis kedepannya,” beber Rizal.

[Ard | Adv Diskominfo Kaltim]