Legislator ini Soroti Jalan Perkotaan dan Gang Permukiman Masyarakat Masih Gelap Gulita

Anggota Fraksi PKS DPRD Samarinda, Nursobah. (Infokaltim.id/Ardian).

Infokaltim.id, Samarinda- Persis setahun lalu saat Ramadan, tragedi orang jatuh dan wafat karena jalan rusak di jalan poros Sambutan yang merupakan bagian dari jalur yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim.

Namun jalan yang rusak tersebut telah dimuluskan oleh Pemprov Kaltim sekitar 15 kilo meter. Hal itu tidak terlepas dari selain komplain masyarakat. Namun juga suara desakan dari para wakil rakyat. Salah satu legislator Samarinda yaitu Nursobah.

“Saya terus bersuara baik melalui media maupun turun langsung ke lapangan, Berhari-hari membuat tulisan. Alhamdulillah. Bukan cuma jalan 10 kilometer bahkan 15 kilo dibuat mulus,” ungkapnya, Jum’at (15/04/2022).

Begitupun, kata Nursobah, bahwa lampu jalan poros yang sebelumnya gelap kini sudah terang benderang. Hal itu, menurut dia, karena petaka dan nestapa jika Pemprov Kaltim tidak memperhatikan kepentingan warga akan menjadi neraka saat pejabat dan pemerintah diam tak bersuara.

“Padahal dulu cari suara. Tapi tak bisa bersuara saat singgasa didapatkan,” tegasnya.

Politikus PKS tersebut sangat mengapresiasi kinerja Pemprov Kaltim merespon dengan cepat memperbaiki jalan yang menjadi tanggung jawab dan kewenangannya.

Selain itu, dia menyoroti sejumlah jalan perkotaan dan jalan lingkungan baik itu wewenang Pemprov Kaltim maupun Pemkot Samarinda yang belum serius memperhatikan penerangan jalan-jalan tersebut.

“Gulita di tengah kota. Ya Itu real dan terjadi, beberapa warga dan RT mengeluhkan gang tempat mereka tinggal gelap gulita, tak ada lampu,” ujarnya.

Sangat disayangkan jika kota provinsi namun sangat minim penerangan, belum terang benderang. masih gelap dan nyaris banyak terjadi kecelakaan. Karena jalan penghubungpun tak sedikit yang berlubang dan berlubang, penuh air saat hujan.

Misalkan, disebutkan Nursobah, dipelosok Kelurahan Pelita. Paling tidak ada 10 gang kecil warga tak tersentuh penerang jalan.

“Meraka tanya, kemana pajak dari penerangan jalan umum (PJU) dikemanakan?, Entah, saya juga tak tahu, kemana dialokasikan,” tanya dia.

Selain itu, di Sambutan, Kecamatan perbatasan Samarinda Kutai Kartanegara. Tentu lebih banyak lagi. Jalan-jalan tanpa lampu penerang. Dimana mulai dari Kelurahan Sei Kapih dan Kelurahan Sambutan, Makroman, Selili. Bahkan tanjakan Gunung Mangga sebagai jalur utama masih terlihat gelap gulita, nyaris tak tersentuh.

“Saya tak habis pikir. Apa yang ingin dibuat dalam skema perubahan pembangunan Samarinda. Berubah, menjadi pusat kendali banjir dengan membangun bendungan dan kota pertama dengan terowongan terpanjang di Kalimantan,” pungkasnya.

Seyogyanya, dikatakan Nursobah, bahwa pembangunan berbasis basic needs warga harus dikedepankan. Namun, justrul terbalik, banyak kebutuhan tidak diprioritaskan.

Dirinya pun turut menyoroti program Wali Kota Samarinda, Andi Harun, bahwa alokasi anggaran untuk setiap RT bukan hanya Rp 100 juta tapi harus 300 juta per RT benar-benar diwujudkan.

“Jika kita bangun infrastruktur, saat musibah ambyar semua. Ketimbang memenuhi semua infrastruktur warga pada 1.900 RT. Ini akan lebih efektif dan kepala daerah pasti dikenang. Karena target aspalisasi dan semenisasi juga lapuisasi semua pelosok dan lorong warga menjadi prioritas utama,” tuturnya.

Dia pun mengusulkan ke Pemprov Kaltim maupun Pemkot Samarinda untuk menjadikan bahan pertimbangan untuk membenahi Kota Tepian ini menjadi indah, nyaman dan aman.

“Ini beberapa sebab usulan pembangunan saya sampaikan,” sebutnya.

  1. Disparitas pendapatan masih jomplang, harusnya lebih inovatif untuk menaikan pendapatan dengan potensi aset yang ada.
  2. Masih ada 48.000 lebih warga di bawah garus miskin kota, menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah.
  3. Mobilitas kota belum cukup baik.
  4. 9 dari 10 kebutuhan pangan Samarinda masih dipasok dari luar Kaltim.
  5. Ketahanan pangan masih menjadi tanda tanya semua kota kabupaten di Kaltim.
  6. Infrastruktur sangat penting. Tapi lebih penting jika sangat dibutuhkan warga di semua RT secara prioritas, termasuk lampu penerang.
  7. Ekonomi Samarinda 2021 tidak terlalu baik. Maka prioritaskan pembangunan dengan multiflier efek ekonomi yang tinggi. Bukan mega infrastruktur.
  8. 10.000 pelaku usaha baru lebih bagus ditumbuhkan sesuai visi misi. Ketimbang pembangunan fisik.
  9. Menumbuhkan pelaku ekonomi kreatif mesti jadi prioritas. Karena akan meningkatkan peran tumbuh ekonomi.
  10. Saatnya membangun kebersamaan dengan kolaborasi efektif. Agar tak ada lagi salah cetak kitab APBD atau LKPJ.

“Kita dan Samarinda adalah kekuatan ekonomi baru. Saat kita siap untuk mendesain perubahan ketika dunia dan tatanan bersiap untuk berubah,” imbuhnya.

Menurutnya, Samarinda bukan cuma kota pusat peradaban. Tapi juga pusat perubahan, Berubah, dari paradigma Infrastruktur menjadi pemberdayaan dan ketahanan pangan dengan mencetak sawah, kebun dan industri pangan sambil menyiapkan sister city di sekitar Samarinda Kaltim juga kabupaten/kota lain di Indonesia.

[Sdh|Ads]