Opini  

Nasiah dan Merah Putih, Meneropong Kepemimpinan Perempuan Kalimantan Timur

Wakil Ketua PWM Kaltim, Fitroh Asriyadi. (Infokaltim.id/Ist).


Oleh: Fitroh Asriyadi (Wakil Ketua PWM Kaltim)

MASIH segar di ingatan kita bersama ketika Ketua Umum PP Muhammadiyah Bapak. Prof. Dr. Hedar Nashir. M.Si, dalam sambutan pada acara pembukaan Muktamar Pemuda Muhammadiyah IXVIII di Balikpapan mengisahkan tentang sosok seorang perempuan muda istri Presiden Pertama pertama Indonesia Bung Karno, yang senantiasa mendamping perjuangan dalam proses kemerdekaan Indonesia. Bahkan dengan menggunakan tangan jari-jarinya lah dia menjahit dan menyatukan 2 kain yaitu merah dan putih sambil menyanyikan lagu “Nasiahku” yang kemudian menjadi bendera pusaka Indonesia dialah ibu Negara pertama Indonesia yaitu ibu Fatmawati. Menjadi sangat menarik dan penting dari pidato diatas ibu Fatmawati sang ibu negara pertama Indonesia adalah kader Nasyiatul Aisyiyah.

Nasyiatul Aisyiyah telah melampaui zamannya, sejak diprakarsai oleh bapak Sumodirdjo (1919) dengan nama Siswa Praja Wanita (SPW) dan berubah menjadi Nasyiatul Aisyiyah pada tahun 1931 dengan kiprah mendorong terbukanya akses belajar bagi kaum wanita di zaman kolonialisme serta Melakukan pembinaan terhadap anak usia dini sampai dengan remaja.

Berdirinya Nasyi’atul Aisyiyah (NA) tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan rentang sejarah Muhammadiyah yang sangat memerhatikan keberlangsungan kader penerus perjuangan. Muhammadiyah dalam membangun umat memerlukan kader-kader yang tangguh yang akan meneruskan estafet perjuangan dari para pendahulu di lingkungan Muhammadiyah. Sejarah panjang dan kiprah Nasyiatul Aisyiyah secara nasional dan regional Kalimantan Timur merupakan modal utama dalam rangka melakukan kerja-kerja dan kiprah kepemimpinan perempuan Kalimantan Timur, peran edukasi dan pendampingan terhadap anak usia dini sampai remaja dimasyarakat luas masih lah amat sangat di butuhkan di Kalimantan timur.

Problematika yang di hadapi saat ini, diantaranya adalah tingginya angka perceraian, berdasarkan data tahun 2022 merupakan tahun tertinggi angka perceraian secara nasional yaitu 516.334 sedangkan Data Perceraian di Kaltim juga masih tinggi, sejak 1 Januari-31 Mei 2022, sudah ada 2.698 kasus perceraian di Kaltim. (Kaltimtoday.co) Adapun berdasarkan faktor penyebabnya perceraian pada 2022 adalah perselisihan dan pertengkaran. Jumlahnya sebanyak 284.169 kasus atau setara 63,41% dari total faktor penyebab kasus perceraian di tanah air. (databoks.katadata.co.id)

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa rata anak muda di indonesia menikah berusia antara 19-20 tahun bahkan menunjukkan bahwa 19,24% pemuda yang pertama kali menikah saat berusia 16-18 tahun. Transformasi digital dengan revolusi industri 4.0 yang menjadikan media sosial sebagai pusat informasi, dimana informasi yang dihasilkan belum terbukti kebenarannya serta tanpa proses editorial. Hasil survei indek literasi digital tahun 2022 yang dilakukan oleh kementrian Kominfo dan Kata data Insight Center Kaltim menempati urutan ke 3 secara setelah DIY dan dengan sekor 3.62 hal ini menunjukkan bahwasannya tingkat literasi warga Kalimantan Timur masuk pada kategori sedang .(Kominfo, 2022).

Hadirnya pandemi COVID-19, telah memperparah krisis pembelajaran yang sebelumnya terjadi kepada anak-anak, terutama pada kelompok rentan yang menghadapi resiko kehilangan pembelajaran (learning loss) yang lebih besar. Selama pandemi, hampir seluruh negara di dunia menutup sekolah untuk melindungi warga. dampak buruk pandemi tidak hanya pada pembelajaran, tapi juga kualitas hidup anak, terutama karena isolasi dan pembatasan sosial. “Kita harus paham bahwa sekolah bukan hanya tempat belajar, tapi tempat anak bersosialisasi dan mengembangkan kedewasaan emosional anak. Kita tidak bisa mengabaikan itu. Dampak learning loss sangat besar, tapi dampak psikososial juga sangat tinggi (Kemendigbud, 2022).

Problematika kehidupan yang terjadi di masyarakat saat ini dan muswil tahun 2023 ini harus dapat menjadi momentum bagi NA Kaltim menjadi Fatmawati-Fatmawati muda yang sabar dan telaten dalam mengkaji, menganalisa masalah serta memberikan kerja nyata kepada masyarakat sebagaimana beliau ibu Fatmawati menjahit pusaka merah putih dengan telaten dan sabar menggunakan tangan dan jari jemarinya.

Momentum muswil NA 2023 ini hendaknya menghasil trobosan program 2 dalam rangka memberikan alternatif dari setiap persoalan-persoalan masyarakat khususnya yang dialami oleh wanita muda, dapat mengisi ruang2 digital dengan bahan dan isi yang mendidik, melakukan pendampingan dan edukasi literasi pada generasi z yang paling rentan terpapar informasi.

NA kedepan harus dapat berkembang bersama dengan entitas organisasi keperempuanan yang lain juga, mampu berkolaborasi dan bersinergi dalam rangka amar ma’ruf nahi Munkar dan yang terakhir semoga Muswil NA memberikan dampak yang lebih baik dalam rangka penguatan kader dalam kiprah persyarikatan, keumatan, dan kebangsaan khusus di provinsi Kalimantan Timur.
FAS

**Opini