Pemilu 2024 Mendatang Tanpa Campur Tangan Negara Lain, Indonesia Harus Belajar dari Pilpres Turky

Anggota Komisi I DPRD Samarinda, Nursobah. (Infokaltim.id/Ist).

Infokaltim.id, Samarinda- Salah satu Anggota DPRD Samarinda kerap kali menulis artikel mengenai politik internasional yang saat ini menjadi hangat dalam perbincangan kalangan seluruh penjuru dunia.

Diantara negara yang saat ini menjadi perhatian dunia adalah pemilihan umum presiden Turky, yang salah satu kandidatnya adalah incambent atau petahana yang Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Menurut pandangan Nursobah pemilu Turkey masih hitung suara. Keterpilihan partainya Erdogan cukup signifikan Sang arsitek Turkey ini sukses mendesain kemenangan partai. Sehingga dipastikan bahwa parlemen tetap dalam kendali dengan perdana menteri masih dalam format AKP. Memang nampak telak, itulah realitas demokrasi yang digaungkan bagian Barat Eropa sebagai pemulai sistem demokrasi dunia dalam komando Amerika.

“Situasi Turkey tak lepas dari sorotan Barat Amerika, Eropa dan Israel, adapun Tiongkok. Tak turut serta, mungkin fokus urus Asean agar segera dalam genggaman, tapi tentu tak mudah,” ujar Nursobah, Senin (15/05/2023).

Lalu dia berpandang bahwa melihat peta Amerika, Eropa dan Israel. Maka blok ini menjadi perang supremasi dunia dalam head to head melawan Rusia dan Iran sebagai musuh bebuyutan Amerika. Disokong dua negara kuat dan terkenal pertahanan teknologi informasi. Memastikan bahwa dunia kini tak harus dikendalikan USA dengan 4.000 sistem Informasi dunia yang tersambung.

“Turkey sadar bahwa 20 tahun lalu tak pernah sukses kelola negara karena dibuat bangkrut dan “kuntet” SDM dan SDA juga teknologi. Dalam masa itulah Erdogan sekuat tenaga memulihkan keadaan,” pungkasnya.

Turkey dulu miskin dan kotor juga tak dianggap Eropa. Kini berbalik menjadi gurita dengan supplier senjata pembunuh massal tanpa awak. Tak harus buat pesawat komersil, lama dan banyak gangguan. Tapi membangun sistem senjata tempur dan pesawat anti rudal adalah pilihan untuk ikut menjadi pemain global sembari dapat cuan.

“Kalau dikaitkan dengan Pilpres 2024 di Indonesia. Bisa jadi alat bermain barat Eropa dan juga Rusia-Iran. Bergantung kemana para leader dan calon punya koneksi,” tuturnya.

Disebutkan Nursobah secara umum, blok Asia masih dalam rentang kendali Tiongkok. Jika akan masuk, maka yang dihadapi adalah kekuatan Tingkok juga Amerika. Melihat tiga kontestan yang ramai, Prabowo berkoneksi Amerika karena jebolan sekolah militer US Army bersama raja Yordania. Tapi juga berkongsi dengan Rusia dan Iran selama dua tahun menjadi warga kedua di Timur Tengah.

“Kemampuan bahasa dan komunikasi plus koneksi bisa jadi menyatukan semua resourches blok barat dan timur,” bebernya.

Sementara ada juga calon kuat lainnya yaitu Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Lebih banyak mengharap dukungan dari Ketua Umum Partai PDIP, Mega Soekarno Putri. Dukungan Beijing tentu menjadi nostalgia bung Karno dalam kedekatan diplomasi Jakarta Peking. Apalagi Jokowi banyak mendapat bantuan Tiongkok dalam 9 tahun kepemimpinannya. Tak pernah terlihat Ganjar melobi Amerika atau Eropa, tapi dukungan tim tentu segalanya bagi Ganjar.

Selain itu, kata Nursobah bahwa ada Anies Baswedan yang sudah melanglang buana meraih dukungan. Mulai dijadikan sebagai anggota Kehormatan University Top di London dan juga jebolan universitas di Amerika serta disambut baik Australia dan Singapore. Menguatkan diri sebagai Top leader Bangsa yang patut diperhitungkan.

“Hanya saja apakah murni demokrasi yang akan dijadikan jualan semua negara pada pemilu Indonesia atau duit sebagai ideologi semua negara dan partai. Disini dalam bahasan negeri kapitalis dan sosialis sekalipun. Tak ada ideologi khusus kecuali uang sebagai jaminan keberlangsungan negara,” terangnya.

Pilpres 2024 akan sangat menarik. Karena hampir semua negara akan terlibat di negeri kaya sumberdaya alam ini. Semua negara akan ikutserta dalam sponsor. Entah mana yang akan banyak dan dominan, melihat gerak gerik parpol dan arah angin.

“Akan ada 3 blok pemain. Barat Eropa, Tiongkok, dan Rusia- Iran. Mungkin juga Turkey dan Malaysia akan berada dalam blok keempat sebagai penyeimbang, kita tunggu geliat semua pemimpin bangsa, parpol dan tanda kutip si “bowhir,” tutupnya.

[Ard|Ads]