Tingkat Literasi Digital Siswa Alami Peningkatan, Kualitas Layanan Internet Perlu Dibenahi hingga Wilayah Pinggir Kota

Anggota DPRD Samarinda, Nursobah (pertama dari kanan) saat mengikuti FGD dengan sejumlah instasi membahas kualitas literasi digital siswa SD dan SMP se Samarinda. (Infokaltim.id/Ist).

Infokaltim.id, Samarinda- Dalam rangka membangun kualitas pendidikan di Samarinda sejumlah instansi terkait mengadakan forum grup diskusi (FGD) untuk membahas langkah percepatan peningkatan kualitas pendidikan.

Salah satu menjadi pembahasan dalam FGD tersebut adalah terkait percepatan pembangunan kualitas pendidikan bidang teknologi informasi sebagai sarana penunjang dan menjadi indikator utama dalam penyesuaikan perkembangan dunia teknologi saat ini.

Anggota DPRD Samarinda, Nursobah turut terlibat dalam FGD dengan Dinas Pendidikan maupun Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Samarinda.

Nursobah menyampaikan, salah satu menjadi pembahasan selain teknologi informasi juga pihaknya membahasa terkait dengan tingkat literasi siswa sekolah dasar (SD) maupun sekolah menengah pertama (SMP) se-Samarinda.

“Karena saat ini teknologi sudah maju pesat, dunia pendidikan juga semakin cepat dan butuh penyesuaian, termasuk proses literasi siswa memang hanya dilakukan pada saat jam sekolah saja, kurang lebih 7 jam dipersentasekan sampai 79 persen,” ulas Nursobah, Kamis (15/06/2023).

Dari hasil itu, disebutkan Nursobah lebih banyak siswa dan guru mengakses literasi itu melalui digital, artinya siswa dan guru dapat memanfaatkan jaringan internet di sekolah menggunakan dengan baik.

“Tapi kendalanya adalah biasanya jaringan dan kapasitas internet tidak sepenuhnya mengakomodir seluruh kebutuhan siswa dan guru di sekolah,” tuturnya.

Kendala utama siswa dan guru adalah koneksi jaringan 89% siswa dan guru merasa bahwa jaringan lelet, koneksi tidak bagus dan layanan buruk, “Ini cacatan khusus kepada seluruh provider internet di Samarinda,” sebutnya.

Selain itu, akses layanan informasi siswa dan guru menggunakan internet juga tinggi sekira 96 persen yaitu media yang diakses adalah media sosial seperti Facebook, whatsApp, Youtube dan Instagram. Rata-rata akses media sosial siswa dan guru Samarinda sekira 2 jam per hari.

“Akses internet masyarakat rata-rata mengeluarkan biaya sekira Rp100-500/bulan. Ini sangat menggembirakan dari sisi kuota yang digunakan warga, salah satunya adalah diperuntukan bagi orang tua yang memiliki anak yang saat ini menempuh pendidikan,” ujarnya.

Disebutkan Nursobah, bahwa untuk persentase penggunaan media sosial mayoritas warga menggunakan WhatsApp sekitar 80 persen, Instagram 50 persen, Facebook 20 persen dan YouTube 37 persen. Sangat menggembirakan bahwa siswa dan guru menjadikan literasi berbasis media WhatsApp sebagai sarana komunikasi yg dianggap efektif.

“Rata-rata kemampuan guru dan siswa dalam akses internet 80 persen. Bisa unduh data, bisa memilah data dan informasi,” tuturnya.

Namun, sangat disayangkan kata Nursobah sebagian wilayah yang berada di Samarinda yang belum memiliki akses jaringan sekitar 2 persen.

“Wilayah di Samarinda yang dianggap tak ada sinyal itu sekitar 2 persen, harusnya semua sudah terjangkau jaringan maupun internet. Tentu sangat parah bagi Ibu kota Kaltim dengan APBD tinggi dan Pusat Propinsi di Samarinda,” pungkasnya.

Apalagi sekolah-sekolah yang jauh dari perkotaan membutuhkan juga layanan internet yang memadai sehingga tingkat literasi siswa meningkat dan selalu melakukan percepatan penyesuaian teknologi informasi dalam dunia pendidikan.

“Ini menjadi tanggungjawab pemerintah agar memperhatikan hal ini, internet itu bagian dari kebutuhan sekolah yang sangat mendesak saat ini, salah satu indikator peningkatan kualitas pendidikan sekolah-sekolah yang ada di Samarinda,” tukasnya.

[Ard|Ads]