Pendidikan dan Generasi Emas 2045

Dr. dr. Sofyan Hasdam, Sp. (Dewan Pendidikan Muhammadiyah Kaltim / Calon DPD RI 2024).

Oleh: Dr. dr. Sofyan Hasdam, Sp. (Dewan Pendidikan Muhammadiyah Kaltim / Calon DPD RI 2024)

Wacana prestasi akademik yang telah melanda dunia sejak diciptakannya tes kecerdasan (IQ) oleh Alfred Binet pada tahun 1905 menjadikan situasi pendidikan mengejar prestasi dengan segala cara. Padahal Thomas Armstrong dalam bukunya The Best School – Mendidik Siswa Menjadi Insan Cendekia Seutuhnya telah melahirkan banyak konsekuensi negatif.

Wacana prestasi akademik mengabaikan bidang-bidang tertentu dalam kurikulum yang sebenarnya merupakan bagian dari pendidikan utuh yang diperlukan siswa guna meraih keberhasilan dalam pemenuhan hidup.

Fokus prestasi akademik utamanya hanya pada mata pelajaran akademik inti (membaca, menulis, matematikan dan sains), dan menganggap kurikulum lainnya “sebelah mata” (seni, musik, olahraga, dan sebagainya) cenderung diabaikan, ‘tulis Thomas Armstrong.

Wacana prestasi akademik mendorong pengajaran sebatas pada persiapan menghadapi ujian. Karena tes prestasi dijadikan tolak ukur satu-satunya atau faktor utama bagi perkembangan siswa dan sekolah, pendidik akhirnya mengalihkan perhatian mereka pada ketrampilan persiapan menghadapi ujian dan menjauh dari tujuan utama pembelajaran itu sendiri.

Kegundahan diatas dapat kita simak dalam buku Learning Metamorphosis Hebat Gurunya Dahsyat Muridnya, tulisan H.D Iriyanto.

Pendidikan hari ini bukan lagi sekedar learning to know (belajar untuk tahu) dan learning to do (belajar untuk terampil), tetapi harus juga learning to be (belajar untuk menjadi / berkarakter) dan learning to live together (belajar untuk mampu menghargai sesama).

Menyiapkan generasi emas 2045 tidak lepas bagaimana kondisi pendidikan saat ini. Bagaimana merawat anak bangsa yang saat ini duduk di meja sekolah dan perguruan tinggi. Anak “generasi Z” yang ketika lahir seolah sudah memegang pengetahuan dengan gadget ditangannya dan google sebagai sumber pengetahuannya.

Kita bersyukur Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dengan program beasiswa Kaltim tuntas menjadi nyala harapan bagi anakmuda untuk meraih masa depannya. Pendidikan menjadi sebuah cara memutus rantai kemiskinan dan biaya pendidikan yang cukup tinggi dapat teratasi dengan beasiswa.

Sebagaimana dikutip laman Kantor Berita Antara, Selasa (21/2/2023), Ketua Badan Pengelola Beasiswa Kaltim Tuntas Iman Hidayat mengatakan, “Dengan total anggaran Rp 375 miliar, jumlah penerima beasiswa ditargetkan sebanyak 43.189 orang. Program beasiswa ini sudah memasuki tahun kelima.”

Semangat Kaltim cerdas yang didukung dengan kondisi Kaltim sehat akan menjamin keberlangsungan generasi emas 2045. Pemilu yang didepan mata menjadi bagian salahsatu penguat didalamnya, bagaimana pembangunan sumberdaya manusia dapat terjaga dan terus mencetak generasi emas pada saatnya ditahun 2045.