Infokaltim.id- Tepat 10 November menjadi sejarah penting yang wajib diabadikan setiap tahun. Karena perjuangan para pahlawan lah Indonesia kini merdeka dan berdiri kokoh.
Momentum 10 November menjadi hal sakral untuk memperingati para pahlawan melawan penjajah dengan nyawa dan harta. Setiap tetesan darah, keringat dan langkah para pejuang membuahkan kemerdekaan Indonesia yang sampai saat ini dinikmati anak bangsa.
Biasanya momentum hari pahlawan yang diperingati setiap 10 November setiap tahunnya, selain digelar apel dan melawat ke kuburan para pahlawan secara serentak seluruh Indonesia. Namun juga memberikan gelar para tokoh pejuang menjadi pahlawan nasional dari berbagai daerah.
Pergelaran hari pahlawan kali ini tepat 10 November 2021, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo menetapkan salah satu tokoh asal Kalimantan Timur seorang Sultan Kutai Kartanegara Kerajaan Kutai yaitu Sultan Aji Muhammad Idris ditetapkan sebagai tokoh pahlawan nasional. Pasalnya, pada abad ke 17 Sultan Aji Muhammad Idris termasuk raja yang memperjuangkan dan mempertahankan tanah dan air Indonesia dari penjajah hingga tewas di medan pertempuran.
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi memberikan anugerah kepada empat orang menjadi pahlawan nasional pada 10 November 2021 yaitu almarhum Tombolotutu dari Sulawesi Tengah, almarhum Sultan Aji Muhammad Idris dari Kalimantan Timur, almarhum Haji Usmar Ismail dari DKI Jakarta, dan almarhum Raden Aria Wangsakara dari Banten.
“Mereka semua telah berpulang, tapi jasa-jasa mereka dalam perjuangan merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan, serta mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa tetap kita kenang,” ungkap Jokowi di Istana Merdeka, Rabu (10/11/2021).
Selain itu, Jokowi pun menyampaikan anugerah dengan memberikan Tanda Kehormatan Bintang Jasa bagi 300 tenaga kesehatan yang gugur dalam penanganan Covid-19. Hadir di istana adalah wakil tiga penerima, yaitu almarhum dr. I Ketut Surya Negara, dokte RSUP Sanglah Denpasar, almarhumah Sucilia Indah, perawat pada RSUP Dokter Sitanala Tangerang, dan almarhumah Emialoina Lasia Carolin, bidan pada Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan, DKI Jakarta.
Aji Muhammad Idris sebagai Sultan Ke-14 Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura di tetapkan sebagai pahlawan nasional yang tertuang dalam Keppres nomor 109 TK/2021 tentang penganugerahan pahlawan nasional.
Sultan Aji Muhammad Idris adalah Sultan ke-14 dengan masa kepemimpinan dari 1735 hingga 1778. Sultan Aji Muhammad Idris sebagai sultan pertama yang menyandang nama Islam semenjak masuknya agama Islam di Kesultanan Kutai Kartanegara pada abad ke-17.
Pada 1739, Sultan Aji Muhammad Idris gugur di medan perang melawan para penjajah VOC dengan para prajurit di bawah pimpinannya bersama rakyat suku Bugis asal Sulawesi Selatan. Sultan Aji Muhammad Idris yang merupakan cucu menantu dari Sultan Wajo La Madukelleng. Bersama rakyat Bugis di Wajo mengusir para penjajah hingga dia tewas dalam pertempuran untuk mempertahankan tanah nusantara ini.
Diketahui sekitar 2012 lalu, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara pernah melakukan pembugaran makam Sultan Aji Muhammad Idris tepat di Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.
Dengan segala kekuatan dan perjuangan Sultan Aji Muhammad Idris tersebut jauh sebelum kemerdekaan Indonesia, dia telah menumpahkan seluruh kekuatan nyawa dan hartanya untuk berjuang membela tanah Indonesia ini.
Perjuangan Sultan Aji Muhammad Idris itu, kini dikenang sebagai tokoh mempertahankan tanah dan air di negeri Indonesia ini. Sehingga momen hari pahlawan 10 November 2021 ini ditetapkan Sultan Aji Muhammad Idris sebagai tokoh Pahlawan Nasional karena mengingatkan dan mengenang perjuangannya mempertahankan tanah dan air Indonesia dari rebutan dan koyakan para penjajah.
Setelah sepeninggalan Sultan Aji Muhammad Idris dari pertempuran dengan penjajah VOC di Wajo, terjadilah perebutan tahta Kesultanan Kerajaan Kutai antara Aji Kado dan Aji Imbut. Karena terjadi keributan perebutan tahta itu kebetulan Aji Imbut yang merupakan putra mahakota kerajaan dilarikan ke Wajo, Sulawesi Selatan. Kemudian, Aji Kado menjadi Sultan menggantikan Aji Muhammad Idris.
Aji Kado kemudian menamakan dirinya sebagai Sultan Aji Muhammad Aliyeddin dan menggantikan kerajaan Kutai menjadi Kerajaan Sultan Kutai Kartanegara, sebagai pelengkapnya disebut Sultan Aji Muhammad Aliyeddin Kutai Kartanegara.
Sehingga nama Kerajaan Kutai Kartanegara tersebut dipakai hingga Kesultanan berikutnya setelah Aji Muhammad Aliyeddin menggantikannya. Hingga kini, jejak Kesultanan Kutai Kartanegara kini berdiri kokoh dengan berbagai propertinya. Sampai saat ini pun Kerjaan Kutai Kartanegara masih berlaku di Kabupaten Kutai Kartanegara tepat di Kota Tenggarong.
Museum Kerajaan Kesultanan Kutai Kartanegara kini menjadi objek wisata, seluruh properti peninggalan kesultanan para raja tersimpan rapi di Museum Mulawarman di Tenggarong Jalan DI Ponegoro. Bangunan Museum Mulawarman itu sebelumnya sebagai Istana Kerajaan Kutai Kartanegara pada 1936. Kemudian, pada 1971 dialihfungsikan sebagai Museum Mulawarman yang diresmikan oleh Gubernur Abdoel Wahab Sjahiranie.
[Suhardi]