Spirit Cuci Tangan, Perlukah?

Afita Nur Hayati, (Bekerja di UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, Kabid Kader PW Nasyiatul Aisyiyah Kaltim).

OLEH: Afita Nur Hayati, (Bekerja di UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, Kabid Kader PW Nasyiatul Aisyiyah Kaltim).

SETIAP 15 Oktober, sebagai momentum memperingati hari cuci tangan sedunia. Sejak  2008 silam, hari cuci tangan sedunia ini secara masif dikampanyekan sekaligus sebagai pemotor yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini bertujuan untuk menggalakkan perilaku cuci tangan menggunakan sabun sebagai bagian dari hidup sehat. Karena banyaknya kasus tingkat kematian balita diseluruh dunia disebabkan diare.  Mereka tidak memiliki cukup akses terhadap air bersih, fasilitas sanitasi, dan pendidikan kesehatan.  

Dari segi kesehatan, akses air bersih dan sanitasi menjadi dasar penting bagi kehidupan anak-anak di seluruh dunia terutama anak-anak usia sekolah selain juga merupakan bentuk penghargaan terhadap diri mereka. Bahkan menurut Unicef yang berhasil ditulis wikipedia, anak perempuan usia sekolah yang telah mengalami menstruasi memilih untuk tidak hadir ke sekolah jika datang bulan jika fasilitas sanitasi di sekolah kurang memadai.

Berbicara cuci tangan, sebagai sebuah teks, tercatat dua makna yang bisa diberikan.  Perilaku mencuci tangan dengan sabun menjadi makna denotatif bagi kata cuci tangan.  Membersihkan tangan dengan sabun agar bersih sehingga kuman penyebab diare tidak masuk ke dalam tubuh.  Pada kondisi pandemi Covid-19, cuci tangan menjadi salah satu bagian dari perilaku hidup bersih dan sehat yang harus dijalani setiap orang karena virus mati setelah cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun dilakukan sesuai panduan yaitu selama minimal 20 detik.

Mari kita sekarang mencoba menelaah makna konotatif tentang cuci tangan.  Brainly.co.id menyebut cuci tangan adalah tindakan tidak bertanggung jawab atas suatu permasalahan, sedang wiktionary.org menyebutnya sebagai tidak mau terlibat dalam kesalahan yang dibuat orang lain.  Sekarang bayangkan jika pasangan Anda adalah seseorang pemimpin legal, formal, dan rasional.  Dalam tugasnya, sebagai pemimpin yang memiliki kekuasaan tentu harus memutuskan suatu kebijakan, dibantu oleh tim kerja yang telah melakukan telaah terhadap kondisi yang terjadi, dengan hasil akhir kebijakan model A misalnya.  Sebuah kebijakan yang dihitung akan lebih membawa kesejahteraan bagi lebih luas orang.  The right policy for the right people at the right time. Ternyata ketika kebijakan tersebut diimplementasikan mengalami beberapa kendala.  Kesejahteraan belum bisa dinikmati banyak orang.  Istilahnya kurang tepat sasaran sehingga kurang tepat manfaat.  Sebagai pemimpin disinilah kredibilitasnya akan dilihat.  Apakah akan sibuk cuci tangan, tidak mau terlibat karena telaah tim kerjanya kurang akurat atau turun tangan dengan membuat kebijakan baru yang sedikit berbeda dari kebijakan lama, dan lebih memiliki ketepatan dibanding kebijakan sebelumnya.

Bayangkan kembali jika pemimpin yang lebih mementingkan langgengnya politik kekuasaannya dan membuat timnya bekerja untuk kesuksesan pribadinya itu adalah kakak laki-laki atau adik perempuan Anda.  Hatinya kurang kuat, tidak memiliki pendirian, memikirkan keselamatan dirinya dengan cuci tangan dalam tanda kutip daripada mengedepankan keadilan untuk orang banyak.  Padahal ketika timnya mengalami kesalahan, dan pemimpin mensupport atau menguatkan baik secara fisik dan mental dengan turun tangan dalam setiap aspek pekerjaan, psikologis tim akan stabil. Keinginan untuk resign dari tim dan pekerjaan menjadi kecil.

Menjadikan perilaku cuci tangan dengan air mengalir dan sabun sebagai sebuah kebiasaan baik adalah hal yang harus terus dilakukan. Kualitas hidup kita akan terjaga dalam makna denotatif cuci tangan, agar kita terhindar dari bakteri, kuman, dan sejenisnya.  Bagaimana dengan makna konotatif cuci tangan dari seorang pemimpin? Keterlibatan di garda paling depan terhadap semua aktivitas dalam organisasi menjadikan pemimpin lebih memiliki karakter dan sikap serta bisa memberikan kepastian pada anggota bahwa organisasi akan terus berlangsung sampai masa yang akan datang.  Keberanian mengambil resiko hanya dimiliki oleh pemimpin yang telah matang dan teruji sehingga orang yang berada dalam kepemimpinannya semakin merasa diayomi dan terus berbuat terbaik bagi organisasi.  

Selamat mencuci tangan dengan sabun sebelum Anda beraktivitas agar tetap sehat secara fisik, dan selamat turun tangan dengan semua aktivitas yang mempercepat tercapainya tujuan organisasi tanpa tebang pilih bagi Anda pemimpin sejat.

*Opini ini sepenuhnya menjadi tangung jawab pihak penulis.