Penyiapan Kualitas Pemuda Menjadi Kunci Keberhasilan Menghadapi Bonus Demografi

Ketua Umum PW IPM Kaltim, Indra Wijaya.

OLEH: INDRA WIJAYA (KETUA UMUM PW IPM KALTIM PERIODE 2021-2023).

Penulis mengawali tulisan ini dengan mengutip sebuah kalimat dari Syekh Abdul Gadir Jailani. Beliau mengatakan, “inna fi yadi syubban amrol ummah, wa fi aqdamihim hayataha.” Kalimat tersebut berarti demikian, “sesungguhnya di tangan dan langkah pemuda lah urusan dan hidupnya suatu umat dan bangsa.” Dari pesan tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa baik dan buruknya masa depan suatu bangsa ditentukan oleh pemudanya. Kalimat yang terkesan klise, namun memiliki arti yang mendalam dan penting untuk menjadi bahan renungan para pemuda.

Dikutip dari situs Kemenko PMK, pemerintah mengeluarkan data yang menyatakan, bahwa Indonesia akan mengalami bonus demografi. Puncak peristiwa itu perkirakan terjadi pada tahun 2030. Kemunculan data ini menjadi angin segar bagi bangsa Indonesia untuk mengambil  momentum itu dalam rangka mewujudkan Indonesia maju. Bonus demografi merupakan kesempatan emas yang dapat dimanfaatkan oleh bangsa ini, sebagai dampak dari besarnya proporsi penduduk produktif dalam hal ini adalah para pemuda.

Ada sejumlah negara yang berhasil memanfaatkan momentum bonus demografi sebagai langkah menuju negara maju. Sebagaimana Korea pada tahun 1950, mereka disebut sebagai negara termiskin di Asia. Namun akhirnya, Korea mampu bangkit pasca kemiskinan dengan memanfaatkan ide-ide besar dari para pemudanya. Demikian juga Jepang. Pada tahun yang sama, mengalami bonus demografi. Meskipun mereka telah mengalami kekalahan dalam perang dunia kedua pada tahun 1945. Pada tahun 2010, usia produktif bangsa kita sama seperti Jepang di tahun 1950 berada di angka 65%. Tapi di tahun 1970, Jepang mampu finish di urutan ke tiga setelah Amerika dan Uni Soviet.

Pertanyaannya, Indonesia mau finish di urutan ke berapa? Hal itu tergantung bagaimana kondisi para pemuda bangsa ini. Mirisnya, persentase kasus narkoba masih terbilang tinggi. Anak-anak dan para pemuda terpapar pornografi, yang mana bahayanya sama seperti dampak pengidap narkoba. Jika hal ini terus berlajut, maka bonus demografi hanya akan menjadi utopia impian semata.

Untuk menjawab pertanyaan pada awal paragrap sebelumnya, maka kesadaran pemuda akan tanggung jawab terhadap bangsa ini menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi bonus demografi. Peningkatan kuantitas usia produktif harus berbanding lurus dengan peningkatan kualitas sumber daya manusianya.

Pola gerakan yang harus dilakukan pemerintah dan para pemuda dalam menghadapi bonus demografi yaitu, dengan melakukan peningkatan kualitas pendidikan, keterampilan dan kesehatan. Pemerintah juga harus mampu menyiapkan lapangan pekerjaan bagi para pemuda sesuai dengan pendidikan dan keterampilan yang dimiliki. Ketika pola gerakan itu mempu berjalan secara dinamis, maka menjadi suatu keniscayaan Indonesia akan menjadi bangsa yang unggul dan mandiri dari berbagai aspek kehidupan.

*Opini ini bagian dari tanggungjawab pihak penulis.