Menyelamatkan Bumi Dimulai dari Lemari

Foto: Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan Aisyiyah PW Aisyiyah Kalimantan Timur Periode 2022-2027, ASN pada UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, Afita Nur Hayati. (Infokaltim.id/Ist).

OLEH: AFITA NUR HAYATI (Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan Aisyiyah PW Aisyiyah Kalimantan Timur Periode 2022-2027, ASN pada UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda)

INFODAKWAH- Ternyata pola iklim mengalami perubahan secara alami.  Menurut Milancovitch, kealamian itu bisa karena orbit bumi mengelilingi matahari yang mengalami perubahan atau kemiringan bumi saat berotasi, sehingga menyebabkan adanya perubahan suhu udara di permukaan bumi (Kesuma, 2021,4-5).  Tetapi perubahan alami itu akan terjadi puluhan ribu tahun, bukan tiba lebih cepat dan meresahkan bahkan menjadi ancaman bagi manusia yang hidup di muka bumi.  Bahkan menurut Carbon Brief dalam tulisan Chrisna Caris Cara (2022) menyebutkan jika pada tahun 2021 bumi mencatat rekor terpanas untuk kandungan panas lautan.

Apa yang kemudian ada dalam benak kita? Mari kita tengok kembali bagaimana cara kita bersikap terhadap lingkungan sehingga jadwal perubahan iklim tiba sebelum waktunya.  Padahal bumi memberi kita banyak fasilitas.  Apa iya kita tega dengan sengaja memberi luka kepada bumi dan baru menyadari untuk bersikap baik dan menjaga bumi ketika Allah menghadirkan virus corona dengan mematuhi penerapan kebijakan lockdown.  Tidak kah terbersit dalam diri kita akan dengan mudah ada virus lain atas ijin-Nya yang bisa saja muncul karena kutub utara dan kutub selatan mulai mencair atau karena pohon-pohon di hutan mulai ditebang untuk hajat hidup manusia yang berdampak hewan kehilangan habitatnya.

Salah satu cara agar bumi tetap layak kita huni adalah bijak dalam konsumsi, dalam hal ini konsumsi pakaian sebagai salah satu kebutuhan primer manusia.  Siapa pengkonsumsi pakaian? Salah satunya adalah para perempuan.  Kenapa perempuan? Karena bumi sebagai tempat hidup, tumbuh, dan berlindung memiliki kesamaan dengan perempuan yang Allah ijinkan memiliki rahim sebagai tempat hidup, tumbuh, dan berlindung bagi janin. Jika untuk menjadi optimal janin memerlukan nutrisi selama dalam kandungan, demikian halnya dengan bumi yang tetap layak kita tinggali harus tercukupi nutrisinya.  Siapa yang mencukupinya? Tentu mereka yang tinggal di dalamnya.

Islam memerintahkan untuk berpakaian seperti yang disebutkan dalam QS Al A’raf ayat 26 bahwa pakaian berfungsi untuk menutup aurat dan menjadi perhiasan.  Jadi dalam berpakaian haruslah dengan memperhatikan:

  1. Kerapian dan sopan sehingga fungsi menutup aurat terpenuhi.
  2. Bahannya nyaman tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis sehingga tidak membuat kita kepanasan dan mengeluarkan keringat berlebih serta mampu melindungi kita dari udara yang dingin.
  3. Tidak berlebihan sehingga tidak timbul kesombongan.

Pakaian dan segala pernak-perniknya identik dengan perempuan, dan perempuan selalu identik dengan penampilan nan anggun.  Karenanya kemudian dikaitkan lagi dengan tren dan mode.  Jika bekerja, model fashion A yang cocok.  Jika sedang santai, model fashion B yang lebih cocok, dan seterusnya C, dan seterusnya D. Apa yang terjadi? Lemari pakaian yang dibeli dengan cepat terisi pakaian dengan berbagai macam warna, corak, dan model. 

Kemudahan mengakses tempat berbelanja dengan menggunakan gawai ditambah dengan sajian model yang kekinian dan diskon menarik, terkadang membuat lupa bahwa uang yang ditransaksikan untuk membeli pakaian bisa berdampak kurang bagus terhadap bumi.  Kesadaran untuk menjadi konsumen yang tetap menjaga kelestarian alam belum banyak muncul.  Pakaian yang kita gunakan mengalami pergeseran fungsi, tidak hanya untuk melindungi tetapi juga agar terus terlihat stylist dimata manusia yang lain.  Padahal dalam QS. Al’Araf ayat 26 disebutkan bahwa pakaian taqwa lah yang lebih baik.

Oleh karena itu, masih ada waktu untuk membuka kembali lemari kita masing-masing. Lanjutkan dengan memilah mana yang harus segera dibawa ke tempat-tempat yang lebih membutuhkan, sebelum takbir bergema menyambut datangnya hari kemenangan.

**Tulisan ini disampaikan pada Program Ramadhan Etam 1444 H di RRI Pro 4 Samarinda.